The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani July 23, 2013

"Mah, lusa aku mau lari." Kataku ke Mamah

"Lho, bukannya hampir tiap hari kamu lari?"

"Lari ke kampus maksudnya. Dari rumah, yah?" Aku selalu meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukan hal-hal yang kadang 'diluar batas nalar'. Biasanya pasti dapat izin dan dibantu banyak oleh beliau. Aku mencintainya.

Aku mesti mendapat restu dari seluruh anggota keluarga. Tanpa mereka, aku bukanlah apa-apa. Eum, siapa yg lebih dulu? Papah atau Kakakku?

"Pah, lusa aku lari, yah? Boleh?"

"Tumben bilang. Lari mah tinggal lari aja."

"Ini dari rumah ke kampus, Pah."

"Ada-ada aja, sih. Emang kuat? Mending dari kampus ke rumah, ketauan tuh jalannya turunan."

"Gak asyik. Terlalu sore atau malem. Bahaya."

"Hah! Kayak kuat aja lari dari rumah ke kampus. Paling jalan kaki atau, dijalan naik angkot." Kakakku nyamber gitu aja. Begitulah dia.

"Yaudah, paling 40kilo dari sini (baca: rumah)." Papah seakan gak memperdulikan ucapan kakakku.

"Gak sampe, kok. Paling cuma 30kilo berapa gitu."


***

Keluargaku adalah semangat hidupku. Pemicu segala kegiatan gilaku. Banyak di dunia ini yang tidak aku percayai, tapi karena merekalah (baca: keluargaku) kini aku bisa percaya. Mana mungkin seorang karyawan swasta yang kantornya antah-berantah bisa menyekolahkan anaknya sampai lulus kuliah? Mana mungkin kini masih juga bisa menguliahkan aku sampai sekarang? Jika dipikir-pikir aku tidak bisa percaya. Tapi, inilah keluarga, inilah tempat aku bisa mempercayai semua.


***

Rabu dini hari, pukul dua.

Mataku masih saja terjaga. Entah memikirkan apa? Pokoknya aku hanya ingin lari dan lari sekuat tenaga-- tentu sekuat apa yang aku bisa--. Aku paksakan tidur dengan melepas semua pasrah pada yang Kuasa.


***


"Bangun - bangun." Mamah memanggil dengan cukup kencang. "Katanya mau lari. Ayoo, bangun. Cuci muka dulu sana, sholat. terus mandi kalau mau."

Katanya, alarm-ku sudah bunyi berkali-kali dan memang aku tidak bisa bangun oleh alarm. Cuma Mamahlah alarm-ku, pengingatku disaat lupa, yang bisa membangunkanku untuk membuka kedua mata bahwa ini saatnya untuk berkarya. Berkarya apapun yang aku bisa.


***

Rasa-rasanya aku ingin mengurungkan niat untuk lari. Tapi, apalah daya, aku sudah bangun dan dihadapan pintu … berdiri. Saatnya keluar rumah dan berlari. Aku siap lari hari ini.




Perpustakaan Teras Baca, 23 Juli 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -