The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani July 12, 2013

Dear, Diary…

Jika aku ingat kemarin, rasanya sebal. Bagaimana tidak, apa yang aku lakuin hari itu (Kamis, 11 Juli 2013) bisa dihitung dengan sebelah jari. Mari.


Dear, Diary … Ke bengkel, …

Motorku serasa kakek-kakek renta yang dipaksa untuk sholat di lantai dua masjid raya. Bisa tapi, tergopoh-gopoh. Bila dipaksa terus berjalan, kelamaan aku yang akan jalan bersama motorku. Menggandengnya.

Sekitar jam tujuh pagi, aku mengantar papah ke stasiun bojonggede dengan motor. Pulangnya, aku bawa langsung ke bengkel. Dengan harapan dapat nomor urut depan. Ternyata benar, ini bisa kejadian, karena baru seorang cleaning servis menggotong ember berisi air sabun. Aku menunggu. Kadang, sesekali mengintip pekerjaan Cleaning Servis, ternyata, mengepel itu tak semudah menjalankan tamiya. Tinggal geser, langsung jalan. Mengepel itu mesti bolak-balik ditempat yang sama dan mesti bisa memastikan bahwa lantai ketika selesai di-pel sudah bersih.

Aku masih menunggu.

Satu per-satu orang datang, para montir berseragam menysul belakangan. Namun, di mana admin yang menjaga tempat pendaftaran? Masih juga belum datang. *murung*

Seorang ibu-ibu berkerudung datang yang kemudian belakangan aku ingat, Ia adalah wanita yang pernah aku tabrak karena ulahnya ugal-ugalan di jalan. *tidak perlu aku ceritakan di sini*. Aku mendaftar duluan, karena memang aku yang datang lebih awal daripada yang lain, mereka belakangan. Jika tidak percaya, boleh tanya Cleaning Servis yang sedang berjalan di seberang.

Motorku dibawa oleh seorang montir yang --aku kira umurnya tidak jauh dariku-- mengenakan seragam serba Honda dan sepatu khas para pekerja. Oprak-oprek-oprak-oprek, montir nanya, "Mas, ini mau diganti?" #DamnSitLol pertanyaan bodoh ketika masih pagi itu seakan menanyakan, "Mau ngapain pagi-pagi ke kamar mandi?" Jelas dong diganti, namanya juga lagi dibengkel. -_-*

Singkat cerita. Aku adalah konsumen nomor urut satu, dan sampai semua orang yang datangnya belakangan selesai diperbaiki, hanya tersisa aku dengan para kurcaci montir di sini. Memerlukan waktu empat jam untuk menyelesaikan. Waktu yang Terbuang, mungkin tepat untuk sebuah Mega Sinetron yang tayang diwaktu petang.


Dear, Diary … Pergi ke Kampus,…

Aku punya janji jam satu, tapi karena banyak yang terbuang waktuku dibengkel itu, aku terlambat. Aku benci terlambat. Niatnya pingin gathering malah cuma obrolan garing. Kenapa? karena aku terlambat. Apa akibatnya? obrolan jadi ke sana-ke mari.

Sedikit yang bisa tersampaikan karena terbatas oleh waktu menjelang petang. Aku mesti pulang.

Kalian tahu, ternyata hujan tak selamanya indah seperti pelangi saat datang. Aku menerobos hujan supaya bisa sampai di rumah tidak terlambat. Di langit, ada petir yang disertai kilat. Hujan semakin membabi-buta para pengendara, aku berteduh di salah satu kedai bakso. Penjualnya tidak seramah layaknya ingin menawarkan barang, jadi aku hanya memesan lalu melanjutkan perjalanan menerobos hujan.

Aku baru ingat, namanya bakso itu kuahnya panas. Dan bakso yang tadi aku beli disimpan di dalam tas. Punggungku kepanasan tapi, perjalanan masih lumayan panjang.


Dear, Diary … Ke Warnet Tutup,…

Waktuku tidak banyak untuk bisa menyelesaikan hari ini tanpa posting satu-pun tulisan di blog. Padahal aku sudah membuatnya dan disimpan dulu di Notes pesbuk. Maklum, tidak selamanya aku terkoneksi dengan jaringan internet.

Benar, #JuliNgeblog #Day11 sudah aku persiapkan sedari kemarin. Aku-pun sadar, tidak mungkin ke warnet di saat taraweh. Tidak sopan. Yasudah, sembari nunggu yang sekitar jam 9malem, aku habiskan baca-baca timeline orang. Dari sana, aku tahu akan satu hal, ternyata SPG tidak ada yang jelek. Bukan berarti aku bilang kalau kamu cantik, yah. Itulah kenyataannya.

Sudah jam 9malam, warnet sudah tutup. Juaaaaaancuk.

Sincerely, Harry …



Perpustakaan Teras Baca, 12 Juli 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -