The Pop's

Archive for October 2018

Nyanyian Kesedihan, Pablo Neruda

By : Harry Ramdhani
lukisan karya anak-anak di rumah singgah Potads.

Ingatanmu muncul dari malam di sekelilingku.
Sungai itu membaur dengan ratapan kerasnya dengan laut.

Gurun seperti dermaga saat fajar.
Ini adalah jam keberangkatan, oh sepi!

Kepala bunga dingin menghujani hatiku.
Oh lubang puing-puing, gua ganas kapal karam.

Di dalam kamu, perang dan penerbangan terakumulasi.
Dari kamu sayap burung-burung lagu naik.

Kamu menelan semuanya, seperti jarak.
Seperti laut, seperti waktu. Di dalam kamu semuanya tenggelam!

Itu adalah saat-saat bahagia dari serangan dan ciuman.
Jam mantra yang menyala seperti mercusuar.

Ketakutan pilot, kemarahan seorang penyelam buta,
mabuk mabuk cinta, di dalam kamu semuanya tenggelam!

Di masa kecil kabut jiwaku, bersayap dan terluka.
Sebuah pencarian yang hilang, di dalam kamu semuanya tenggelam!

Kamu berdukacita, Kamu berpegang pada keinginan,
kesedihan mengejutkanmu, di dalam diri kamu semuanya tenggelam!

aku membuat dinding bayangan menarik kembali,
di luar keinginan dan tindakan, aku terus berjalan.

Oh daging, dagingku sendiri, wanita yang aku cintai dan kehilangan,
aku memanggilmu di jam lembab, aku angkat laguku untukmu.

Seperti kendi kamu tempatkan kelembutan yang tak terbatas,
dan pelupaan tak terbatas itu menghancurkanmu seperti guci.

Ada kesendirian pulau-pulau hitam,
dan di sana, wanita cinta, tanganmu membawaku masuk.

Ada kehausan dan kelaparan, dan kamu adalah buahnya.
Ada kesedihan dan reruntuhan, dan kamu adalah keajaiban.

Ah wanita, kamu tidak tahu bagaimana kamu bisa menahanku
di bumi jiwamu, di salib tanganmu!

Betapa mengerikan dan singkatnya keinginanku terhadapmu!
Betapa sulit dan mabuk, seberapa tegang dan rajin.

Pemakaman ciuman, masih ada api di makammu,
masih dahan-dahan yang digoreng terbakar, dipatuk oleh burung-burung.

Oh mulut yang tergigit, oh anggota badan yang dicium,
oh gigi yang lapar, oh tubuh yang terjalin.

Oh gila harapan dan kekuatan
di mana kami bergabung dan putus asa.

Dan kelembutan, ringan seperti air dan tepung.
Dan kata itu nyaris tidak mulai di bibir.

Ini adalah takdirku dan di dalamnya adalah pelarian kerinduanku,
dan di dalamnya kerinduanku jatuh, di dalam kamu semuanya tenggelam!

Oh, lubang puing, semuanya jatuh padamu,
kesedihan apa yang tidak kamu ungkapkan, dalam kesedihan apa kamu tidak tenggelam!

Dari mengepul hingga mengepung kamu masih disebut dan bernyanyi.
Berdiri seperti seorang pelaut dalam haluan kapal.

kamu masih berbunga dalam lagu, kamu masih memecahkan arus.
Oh lubang puing, terbuka dan pahit.

Penyelam buta pucat, pengumban beruntung,
penemu yang hilang, di dalam kamu semuanya tenggelam!

Ini adalah jam keberangkatan, jam yang sangat dingin
yang malam kencangkan ke semua jadwal.

Sabuk gemerisik lautan membentuk pantai.
Bintang dingin naik, burung hitam bermigrasi.

Gurun seperti dermaga saat fajar.
Hanya bayangan yang berliku-liku di tanganku.

Oh lebih jauh dari segalanya. Oh lebih jauh dari segalanya.

Ini adalah jam keberangkatan. Oh ditinggalkan.

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -