The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani June 09, 2011

Hari itu senin (23/5), gue beraangkat ke kampus engga kayak biasanya yaitu tanpa menggunakan motor.

Jam 8am . .

Gue berangkat dari rumah menuju stasiun Bojonggede. Hari yang panas ketika itu,entah apa yang terjadi, perasaan gue saat itu udaa engga akan enak aja ketika udaa sampe di stasiun Bojonggede. Menunggu.menunggu dan menunggu yang gue bisa saat itu, soalnya kereta yang dateng kea rah Jakarta terus, sekalinya yang masuk ke Bogor malah Pakuan Ekspress*sebenernya sih engga ada masalah naik Ekspress tapi berhubung harus irit biaya, mendingan nunggu yang kereta Ekonomi aja dehh

Hilir mudik orang lewat di depan gue dengan tergesa, ada yang ketinggalan kereta, ada yang bolak.balik engga jelas*kayaknya caper kali di depan gue #pedeGila. Bahkan ada mba.mba dengan paras muka jowo yang nanya jadwal kereta ke gue, tapi berhubung gue anak yang baik makanya gue jawab sekenanya aja, kalau dia udaa nanya yang gue engga ngerti, baru dehh gue suruh nanya ke pa petugas yang berjaga di stasiun.

Jam 9am . .

Hampir satu jam gue menunggu di stasiun, kereta Ekonomi engga keliatan batang rodanya. Gue beranjak dari tempat bersandar didekat loket Ekonomi untuk nanya ke pa petugas “pa, kereta Ekonomi ke Bogor jam berapa yaa . . ??”*walaupun gue punya pengalaman pahit dengan pa petugas karena telah ditipu sehingga gue harus nyasar ketika berangkat ke Tanah Abang dan, panjang dehh ceritanya bakalan panjang lagi kalau diceritain disini. Sambil mainin hape dia jawab “nanti mba, jam setengah sepuluh”. Hahh, gue dikira mba.mba. “ehh, maaf, kirain tadi ce’ yang nanya”. “nanti mas, jam setengah sepuluh”.

Okok, lagi gue harus menunggu.menunggu dan menunggu*fan.fan.bo llah.

Kembali ke posisi awal, jongkok di pojokan didepan loket karcis Ekonomi. Sambil baca novel “Chicken Soup for The Soul, True Love”, gue terkesima baca salah satu bagian dinovel itu yang menceritakan tentang kisah seorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan kata.kata yang manis yaitu “gravitasi tidak berlaku untuk orang yang sedang jaruh cinta, albert einstein”. Wuaw, seorang ilmuan hebat kayak dia aja ngomong soal cinta*takjub dehh. Engga terasa udaa hampir setengah jam berlalu, gue kembali beranjak dari keterpurukan ditambah kaki yang udaa kesemutan. Yee, ada pemberitahuan kereta Ekonomi ke Bogor segera masuk.

Hahh, banyak banget orang orang yang mau ke Bogor. Ouw, mungkin ini mah orang.orang yang niatnya pergi ke Jakarta dan biar dapet duduk makanya mereka ke Bogor dulu. Engga ada abisnya juga yaa pengguna kereta dari jaman gue masih kecil, udaa gitu ditambah kurangnya perhatian dari pemerintah soal para pengguna kereta yang ada Inovasi dari PT. Persero KAI cuma peraturam.peraturan yang engga jelas, dari masang kawat di atap kereta supaya engga ada yang naik diatap, bahkan waktu itu sampe nyewa petugas khusus anjing. Yaa, anjing digotong ke atap kereta dan mengusir para orang.orang yang di atap kereta. Sungguh kurang kerjaan banget sih, dan yang terbaru saat ini adalah PT. Persero KAI menyemprotkan cairan merah bagi pengguna kereta yang masih membandel buat naik ke atap kereta juga, apa coba inovasi.inovasi kayak gitu, yang ada malah ngebahayain si petugas yang nyemprotin cairan itu, kalau ada orang yang marah kena semprot sama si petugas karena buru.buru mau kerja malah di semprot cairan itu. Kalau emosi oang udaa peah seperti balon yang terus.terusan ditiup sampe overload dan pecah. Dan engga lama udaa dua alat yang dirusak sama penumpang kereta karena kena semprot, untung aja*untung mulu perasaan kata orang Indonesia mah, baru alatnya, kalau lama.lama dibiarin yang ada malah petugasnya di kepak sama penumpang.

Kalau gue bolle usul mah, karena gue juga sebagai penguna kereta yang engga begitu aktif, lebih baik keretanya engga usaa ada atapnya. Orang naik ke atap kan karena kalau didalam kereta tuuh penuh+bikin gerah+napas juga jadi susah+bisa bikin mules kalau begitu. Atau apa llah, bukan sekedar inovasi kayak gitu doang. Karena gue percaya kalau orang.orang yang bekerja disana tuh adalah orang yang kompeten di bidang kereta dan bukan orang yang sekedar tau kereta apa lagi basic-nya yang sama sekali engga ada kaitannya sama ilmu.ilmu yang ada disana.

Ketika udaa dikereta, disisi jendela kereta yang mulai perlahan menjauh meninggalkan stasiun Bojonggede, sedikit penuh dengan orang-orang, ada yang dagang minuman, ada yang dagang kamus, dan yang sama sekali engga gue sangka ternyata ada yang dagang jangkrik juga di kereta. Fantastis.dinamis.ekologis, bayangkan, ada ratusan lebih jangkrik dikanton besar si pedagang. Malah sampe ada yang keluar itu jangkrik, aaa.menakutkan.

Jam 10am . .

Setibanya di stasiun Cilebut, penumpang makin penuh. Semakin merapat juga gue dengan tukang jangkrik yang fantastis ini, jangkrik itu seperti melambai kearah gue untuk minta dibebaskan. Geli bukan kepayang, bapak.bapak disebelah gue malah banyak melemparkan pertanyaan yang bikin bulu.kuduk ue merinding semua*maaf, tidak bisa di publish dialog antara si bapak.bapak dngan si pedagang . .

Setelah sekian lama, kereta tiba di stasiun Bogor. Berdesakan para penumpang baik yang turun ataupun yang naik, ketika dipintu kereta gue melihat ada anak bayi yang digendong oleh ibunya. Kasian, sungguh kasian. Si bayi sampai nangis kejer karena berdesakan dengan para orang-orang berbadan besar lainnya. Dibelakang si ibu yang sedang menggendong bayi ada bapak.bapak yang ingin menerobos masuk ke dalam kereta memanfaatkan si ibu itu, dan si bayi makin keras nangisnya, ketika gue ada kesempatan keluar lebih dulu, bapak.bapak itu langsung gue tarik keluar agar engga terus-terusan nge’dorong si ibu itu. Dengan spontan si bapak itu marah.marah ke gue, “hehh, lancang banget lu narik gue keluar kereta”, kata si bapak. Gue cuma melempar senyum termanis yang gue punya untuk si bapak, karena engga tega nge’liat itu bayi yang nangis.

Ketika muka si bapak mulai menandakan ingin marah besar ke gue, tiba.tiba si pangeran jangkrik dateng menghampiri gue dan berkata “kenapa, pak, itu liat ada bayi sampe nangis”. Bapaka-bapak yang tadi mau marah akhirnya termenung sambil ketakutan karena melihat ratusan jangkring yang dibawa si pendekar. Seperti itu llah norma ketika di kereta, siapapun orang yang membawa bayi didalam kereta, maka kita wajib mendahulukan mereka dibanding kita. Apabila ada yang melawan, pasti akan menerima sanksiyang besar oleh pengguns kereta lainnya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -