The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani December 17, 2013

"Kesederhanaan adalah kemewahan yang tak ternilai; bila dibandingkan dengan uang sekalipun." 







 
Saya pernah datang ke #BincangBuku di Rumah Kata Indonesia. Di sana, yang saya dapatkan salah satunya yaitu banyak orang membaca (belajar formal) -yang kemudian hanya kepala yang diisi- sehingga kepala mereka terus terisi dan membesar. Besar kepala. Lain hal ketika mereka menulis, dengan sering menulis, hati akan terasa lapang -yang kemudian mampu menerima atau pun memberi dengan apa adanya- sehingga pintu dadanya terbuka secara lebar. Lapang dada. Salah satunya menulis puisi.

Lain cerita dengan Jazz, kata Ipung Bahri, "jazz selalu melahirkan sesuatu yang tidak terduga. Banyak kejutan didalamnya." Di sinilah semua bermula. Semua yang tidak pernah saya duga -dan mungkin semua orang yang datang- sebelumnya di Malam Puisi: Jazz & Poem Bogor.

Itu adalah hajat Idang Rasjidi Syndicate dan Rumah Kata Indonesia. Gelaran rutin setiap tahun untuk merayakan puisi dan jazz secara bersama. Saya tidak ingin mengartikan maksud dari nama tersebut, untuk membuka kamus-pun saya tidak ada niatan. Biarlah nama itu terlihat keren ketika disebut dan terlihat sok bisa bahasa asing. Toh, kata Kang Idang pun demikian.

Awalnya saya tidak pernah sekalipun melihat pagelaran Puisi yang dipadupadankan dengan Jazz, kalau musikalisasi puisi, pernah. Bayangan saya tentang puisi dan jazz bagai air dan minyak yang disatukan di satu gelas. Tidak menyatu.

Tapi, mungkin semua yang dibayangkan tidak semua bisa jadi kenyataan. Puisi dan Jazz saling mengisi walau berbeda waktu. Satu waktu menyanyikan lagu jazz, satu waktu membaca puisi dan satu waktu jazz dan puisi dilakukan bersamaan. Namun, keduanya saling memiliki kesamaan bila tadi diibaratkan dengan air dan minyak; sama-sama benda cair.

Acara yang menarik. Acara yang penuh pesan-pesan dan dapat membangun diri, lingkungan, juga bangsa yang penuh intrik. Di sana Kang Idang menjadi host. Ya, begitu kata Ipung Bahri, Kang Idang benar-benar menjadi tuan rumah yang melayani semua tamunya dengan menyuguhkan dan mengatur acaranya sendiri.

Di awal, Kang Idang bilang, "Ini adalah acara yang sederhana. Acara yang membuat kita selalu berada di dasar. Karena dengan kita berada terus di dasar, kita tidak akan bisa jatuh." Benar, bangsa dan rakyat Indonesia terlalu sibuk mencapai puncak. Padahal ketika di puncak kita bisa jatuh dan tidak bisa bangun. Dan, pada saat itu pula, saya sendiri sadar bahwa kesederhanaan adalah kemewahan yang tak ternilai; sekalipun bila dibandingkan dengan uang.

Banyak yang datang ke Jazz & Poem Bogor. Ada pula pelawak senior Dedi 'Miing' Gumilar beserta keluarga, juga Walikota terpilih Kota Bogor, Bima Arya. Keduanya membaca puisi. Hebat. Pemimpin kalian ada yang bisa baca puisi, gak?





Satu persatu penyair dari Rumah Kata Indonesia membacakan puisi. Dari Pak Polisi sampai alumnus pengikut NII. Pula, Daeng Krisna idola saya. Sungguh saya kagum pada mereka, bisa terus merayakan puisi dengan cara yang berbeda setiap bulannya. Pula penampilan apik dari para musisi Jazz Idang Rasidji Syndicate yang tidak kalah hebatnya.

Ada seorang laki-laki, namanya saya lupa, katanya ia berasal dari kampung Bangka sana. Ketika ia menyanyi, saya serasa dibawanya ke festival sekolah di cerita Laskar Pelangi. Suaranya sangat melayu. Mendayu. Juga, seorang penyanyi wanita yang lagi-lagi saya lupa namanya, bernyanyi sungguh merdu. Ia cantik, pandai bernyanyi, entah apalagi kurangnya? Saya rasa tidak ada.






O ya, hampir saya lupa lagi, Miing-pun tetap melucu. Setelah Ia selesai membacakan puisi buatan Daeng Krisna Pabhicara, cerita lucu atau lebih dikenal story telling-nya benar-benar membuat rahang pegal. Lemas tertawa.

Saya rasa semua yang datang terhibur. Bahkan niatan Ipung Bahri diurungkan setelah lewat pukul 21:00 untuk kabur.

Di sana saya belajar tentang kesederhanaan. Kesederhanaan yang membuat acara mewah namun tetap bersahaja. Aku berani bertaruh, acara sehebat itu tidak disokong dengan dana yang menggelontor sampai jutaan, tapi lewat pertemanan yang dijaga kehangatannya.

Padahal, pertemanan semustinya seperti ini, bukannya saling menduiti.

Sudahlah, saya sedang mencari bagian tubuh yang ikut tercecer di lapangan tempat Jazz & Poem Bogor berlangsung. Seingat saya ikut membaur, karena saat itu saya #meleleh.




Perpustakaan Teras Baca, 16 Desember 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -