The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani December 18, 2013

"Investasi jangka panjang Bakriyadi adalah tidak perlu mengeluh walau jarak, waktu, dan uang yang Ia punya mesti dihabiskan untuk belajar di panggung open mic."






Pagi itu saya datang untuk melihat Bakriyadi. Untuk Komunitas Stand-up BSI. Tadinya, saya beranggapan, ini adalah tipping point bagi keduanya.

Setibanya di BSI, ternyata suasanya jauh dari yang saya duga sebelumnya. BSI Bogor lebih terlihat ramah, walau mahasiswa BSI di mana-mana sama; nongkrongnya di pinggir jalan semua. Pohon yang rindang. Lalu lintas yang lancar dari kedua arahnya. Dan, mahasiswi-mahasiswi yang tidak asing lagi dilihatnya.

Bakriyadi pagi itu juga tidak seperti biasa. Ia lebih rapih, wangi, dan rambutnya disisir. Sebelumnya tidak pernah. Mungkin Bakriyadi seperti itu karena ini adalah penampilan perdananya di publik selain open mic. Kata HadaHitut, "Dia itu satu-satunya Komika yang ada di keempat video gua. Open mic-nya rajin banget."

GALAKSI, Gelaran Kreasi dan Seni adalah acara tahunan BSI. Semua cabang BSI di Indonesia melakukannya. Ini kali keempat di BSI Bogor. Acara yang sama seperti tempat akademisi pada umumnya. Semua yang ada hubungannya dengan pertunjukan seni digabung dalam satu event. Itulah penyebabnya acara-acara hiburan di tempat akademisi tidak menarik. Tidak ada benang merah yang bisa untuk disimpulkan. Namun, yang membuat ini berbeda adalah ada sepasang laki-laki yang memainkan lagu Efek Rumah Kaca. Ini cukup menarik, karena sebagus apa pun musik dan lirik Efek Rumah Kaca, jarang sekali (atau, mungkin tidak pernah) dibawakan.

Pas giliran Bakriyadi stand-up, semua bersorak. Tepuk tangan yang meriah mengiringi jalannya ke panggung. Bakriyadi punya improve yang cepat ketika di panggung. Kata-kata yang keluar dari mulutnya cepat sekali diproses lewat otaknya. Itu kelebihannya. Kekurangannya? Sebenarnya itu tidak terlalu penting, karena malah terlihat garing.

Tapi, ketika Bakriyadi stand-up, semua penonton tertawa. Tidak ada yang jaim menahan tawa. Jokes-nya mudah diterima khalayak dan diterima karena apa adanya.

Walau penguasaan panggung yang tidak bagus, tapi micing-nya seperti Komika-komika yang sering nampak dilayak kaca. Sempurna. Pagi itu Bakriyadi tampil mempesona.

Bukti bahwa sering latihan di open mic ada hasilnya. Meski Bakriyadi belum pantas menerima gigs stand-up comedy, tapi Bakriyadi pantas dijadikan contoh untuk Komika yang ingin terus belajar. Investasi jangka panjang Bakriyadi adalah tidak perlu mengeluh walau jarak, waktu, dan uang yang Ia punya mesti dihabiskan untuk belajar di panggung open mic. Satu minggu tiga tempat open mic, adakah yang bisa mengalahkan rajinnya?





Cafe Merah Putih, 18 Desember 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -