The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani February 11, 2014



Perempuan itu duduk di bangku taman. Sendirian. Entah menunggu atau sehabis ditinggalkan seseorang. Pastinya, Ia lebih terlihat seperti patung 'selamat datang'. Datar; tanpa ekspresi sama sekali.

Setiap sore, aku membawa anjingku jalan-jalan. Ia suka ke taman, karena di sana banyak kenangan yang tersimpan. Anjing memang pintar, Ia paling bisa membuatku bertemu ingatan yang suram. Namun, kadang kalau aku tak kuat menahan, aku tinggalkan anjingku sendirian. Membiarkannya bermain, soalnya Ia sudah tahu sendiri cara pulang. Tapi, melihat perempuan itu, aku sedikit kasihan.

"Bisa aku duduk di sini?" tanyaku pelan.

Perempuan itu menoleh, matanya merah seperti habis menangis atau marah. Padanya aku hanya bisa melempar senyum ramah. Perempuan itu tidak menjawab apa-apa. Ia menundukan kepala dan tangannya meremas tas kuat-kuat. Layaknya ingin menghancurkan sesuatu. Mungkin masa lalu.

"Aku suka ke taman ini. Setiap sore. Setiap hari," kataku tanpa berani aku menoleh ke arah perempuan, "dan, aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Pasti baru pertama kali ke sini."

Perempuan itu masih diam. Meremas tasnya semakin kencang.

"Namaku, Gilang. Gilang Anggara," melihatnya terus diam, aku malah ingin terus bicara. Anjingku, anjingku entah sudah ke mana mainnya. Biarkan saja.

Rambut perempuan itu panjangnya sepundak dan bagian depannya di poni. Mirip potongan rambut girlband masa kini. Aku suka perempuan dengan rambut seperti ini. Tapi, melihanya murung aku jadi tidak enak hati.

"Kenapa laki-laki suka selingkuh?" katanya.

"Perempuan juga," jawabku tanpa berani menoleh ke arahnya.

"Aku tidak,"

"Aku juga," kita bicara tanpa saling berhadapan. Mata kita sama-sama melihat ke depan. Sama-sama ingin meninggalkan kenangan.

"tapi dia selingkuh," suaranya mulai sesegukan. Mungkin tadi Ia menangis dalam hati.

"tapi tidak semua laki-laki seperti dia,"

"tapi aku mencintainya,"

"dulu aku juga pernah mencintai seseorang," kataku yang kembali mengingat masa laluku, "sangat mencintainya. Dia selingkuh dan aku tahu itu. Aku biarkan, karena ada yang tak dapatku berikan dan Ia musti dapatkan dari orang lain,"

"Lalu?" Perempuan itu penasaran.

"Ia malah marah. Katanya aku sudah tak lagi sayang karena telah membiarkannya selingkuh."

"Kenapa begitu?"

Kita sama-sama membuka diri. Menceritakan masa silam yang pernah menyakitkan. Seperti perokok yang meminjam korek, bisa saling akrab walau tak saling kenal dan korek bagi perokok ialah kebutuhan.

"karena memahami perempuan itu serumit main flappy bird. Walau begitu-begitu saja, tapi selalu ada halangan tuk memahaminya."

"perempuan tidak butuh dipahami, perempuan butuh dicintai."

"Aku mencintainya, tapi dia tidak memahaminya." dengan senyum, aku beranikan menoleh ke arahnya sambil menjulurkan tangan, "siapa namamu?"

"Aku, Sisca Amelia," Ia pun menjawab uluran tanganku.

"Ayo ikut denganku, main bersama anjingku, dan meninggalkan kenangan."

Senyum perempuan setelah menangis, ialah senja terindah. Menyambut malam dengan hubungan baru di masa depan. Aku, Amel, dan anjingku pulang. Amel ikut denganku ke rumah, karena Ia takut pulang dengan membawa kandungan di rahimnya.

Akhirnya anjingku punya teman baru sekarang. Dan aku, memiliki mainan baru kalau-kalau malam sedang hujan.



Perpustakaan Teras Baca, 11 Februari 2014
gambar: dari sini

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -