The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani February 13, 2014

"As a soccer player, I wanted an FA Cup winner's medal. As an actor you want an Oscar. As a cheff it's three-Michelin's stars, there's no greater than that. So pushing yourself to the extreme creates a lot of pressure and a lot of excitement, and more importanly, it show on the plate." - Gordon Ramsay 





Jui Purwoto kini tengah menjelma menjadi idola. Idola bagi setiap orang yang mengetahuinya, setiap Komika yang ingin selucu dia, dan setiap penonton yang rela menunggu stand-up special-nya.

Saya sendiri belum pernah mewawancara Jui secara sengaja. Namun, apa yang diucapkannya seakan sudah cukup bagi saya untuk menulis tentang dirinya.

Bagi saya, Jui Purwoto ialah segeromblonan orang yang sedang asyik tertawa di satu meja; di mana orang-orang itu lucu semua. Ia merangkum lelucon-lelucon yang mampu dipahami semua orang. Karena itulah esensi dari komedi. Greg Dean menulis dalam bukunya Step by Step Stand-up Comedy, "Bila orang tidak mengerti kamu, mereka tidak akan tertawa".

Tidak mudah menjadi Jui Purwoto (dalam hal melucu maksud saya), butuh keja keras dan belajar lebih giat dari batas kemampuan dirinya.

Konon ada cerita, kalau Jui Purwoto sempat menjadi headliner (Komika yang tampil terakhir saat open mic) selama enam bulan lamanya. Tapi, yang membuat beda ialah durasinya mesti lebih lama dari komika sebelumnya, mesti menutup open mic dengan nge-kill (ketika komika sukses membuat penonton tertawa sepanjang set yang dibawakan), dan setiap minggunya saat tampil materinya mesti berbeda. Dulu, pernah saya bertanya ke Ridwan remin, siapa komika yang ingin dikalahkan? katanya, cuma Jui Purwoto. Wow!

Bukannya ingin membandingkan antara Ridwan Remin dengan Jui Purwoto, tapi katika ada target yang ingin dikalahkan, pasti ada usaha yang lebih dari biasa untuk mengejarnya. Ini cara berkompetisi yang baik.

Ada yang masih ingat penampilan Jui Purwoto saat #OpenMicBGRtur pertama di D'Jamilah Cafe? Bagaimana? Saya kagum, tampil hampir 30menit tanpa ada bit yang missed sedikit pun.

Kata Bang Rifky, "malam itu Jui tampil seperti penceramah. Ada tekanan dalam setiap bit yang diutarakan." Dalam stand-up comedy ini disebut reveal (setiap punch ada sebuah kata, frase, atau tindakan yang vital, yang memunculkan reinterpretasi, mematahkan target asumsi, lalu penonton tertawa).

Saya tidak ingin menyimpulkan kalau ini akibat enam bulan menjadi headliner. Bagi saya, itu semata memang jalan yang mesti Jui lalu untuk mencapai dititik sekarang. Di mana saya menunggu stand-up spesial dia dilaksanakan.




Perpustakaan Teras Baca, 12 Januari 2014
gambar: avatar Jui Purwoto

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -