The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani November 07, 2013



November tanpa hujan, sama saja mencoba baik; tidak ada apa-apa, padahal hatinya terluka. Menutupi kesedihan dengan memasang wajah riang adalah dosa. Kau menipu Tuhan, malaikat, dan orang-orang yang ingin dekat untuk berikan kebahagiaan.


Aline, adalah perempuan yang biasa saja, tapi entah mengapa banyak pria yang merebutkannya.

Di kampus, Ia ibarat gula yang dikerumuti semut. Lama-kelamaan Aline jenuh dengan keadaannya sekarang. Mungkin mulutnya sudah lelah untuk menjawab semua sapaan dari setiap orang -khususnya laki-laki yang menyapa sekalian menggoda.

Perempuan memang cepat jenuh, makanya talak tiga dipegang oleh laki-laki supaya tidak mudah terjadi perceraian.

"Siang, Aline,"

"Hai, Aline,"

"Aline, sudah makan,"

"Aline, pulang dengan siapa hari ini?"

Masih banyak lagi sapaan-sapaan seperti itu setiap bertemu orang-orang di kampus. Setiap hari. Setiap waktu.

***  

"Raisa, kok tiba-tiba aku kepikiran pindah kuliah, yah," kata Aline di kantin yang saat itu tidak terlalu ramai

"Hah? Kenapa emangnya?" Raisa pun bingung mendengar itu.

"Enggak tahu, nih, rasanya bosen begini terus di kampus,"

"iyah, begini gimana?"

"Ya, kamu tahu sendirilah."

"Ouw, ada juga yang bikin 'begini mulu',ya, kamu sendiri ini. Makanya punya pasangan, dong"

"Ngaco kamu."

Aline sampai sekarang masih trauma untuk punya pasangan lagi. Trauma karena kehilangan orang yang disayang lebih dulu pergi diujung keseriusan dalam berhubungan. Pernikahan. Seorang lelaki yang sejak kecil telah menjaganya, menjadi kakaknya, menjadi segalanya untuknya, mesti pergi dipanggil olehNYA.

"Aku takut jatuh terlalu dalam pada rasa yang sama," kata Aline yang kemudian diam cukup lama di kantin sebelum kakinya melangkah pergi karena sudah semakin ramai.

Aku, Tony, adalah teman satu kelas Aline, kelas Filsafat Komunikasi. Di dalam kelas, Ia lanjutkan diamnya. Diam yang penuh makna seperti seorang filsuf merenungi pemikiran-pemikiran yang sulit dicerna oleh otak kanan. Tapi Aline tetaplah Aline yang sama seperti biasanya, selalu menjawab bila disapa.

Aku sama sekali tidak pernah menyapa Aline seperti laki-laki di kampus pada umumnya. Kecuali ada tugas kuliah, itu pun kalau satu kelompok, kalau tidak? Ya, biasa saja. 

***

Hari ini cukup panas, aku putuskan untuk berteduh di toko buku. Bukan toko buku besar, tapi di toko buku bekas. Aku suka ke sana, selain harganya yang murah, selalu ada buku-buku lama yang tidak bisa didapat di toko buku besar lainnya. Rasanya teduh bila dekat banyak buku.

Ketika aku sedang memilih buku, ada Aline juga di sana. Ia sedang mencari buku novel 'Menyemai Harapan' karya Maria A. Sardjono. Begitu terakhir kudengar di kelas tadi. Tapi aku tidak menyangka akan bertemu dengannya sekarang. Di sini, di toko buku bekas.

"Sebenarnya aku punya novel 'Menyemai Harapan' di rumah, kamu ingin pinjam?" kataku

"Sungguh? Boleh. Kapan bisa aku baca bukunya?"

"Sepulang dari sini pun bisa. Biar nanti aku antar ke rumahmu."

"Wuah. Gak enak, ah. Masa minjem aja segala dianterin ke rumah gitu," jawab Aline, "atau, nanti malam saja di Cafe Rainy."

"Ngajakin dinner?" tanyaku bingung sambil tersenyum. "Boleh. Jam 8, yah."

"Aaa Oke, deh."

Aku pun mengantarnya pulang. Ternyata Aline adalah wanita yang ramah. Pantas saja laki-laki di kampus bisa menyapanya sampai tiga kali dalam satu hari. 

***

Waktu begitu cepat belalu. Makan malamku pun tak terasa tinggal menunggu kepulangan. Aline menceritakan banyak tentang dirinya. Tentang semua yang membuatnya bosan kuliah lagi. Aku hanya jadi pendengar saja. Wanita memang butuh didengarkan, terlalu banyak yang dipendam memang tidak baik.

Disitulah aku bisa lebih dekat dengan Aline. Bisa menjalin hubungan seperti menyemai bibit harapan bahwa aku pun bisa menjaga, menjadi kakaknya, dan menjadi segalanya untuknya. 

***

Pada panas yang sedang terik di bulan November, aku beranikan untuk melamarnya. Aku harap, ketika hujan turun nanti aku bisa tempat baginya berteduh.

Apa Aline menerima? Belum ada jawaban darinya sebelum Tuhan memanggilnya di bulan November yang terik.



Cafe Merah Putih, 6 November 2013
gambar: dari sini

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -