The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani March 23, 2013

Untuk mendapat 'hasil' dengan mudah, membandingkan adalah caranya.

Kadang, Aku mengamati ini ke arah yg negative. Entah, alasan yg tepat apa ? yg jelas, membandingkan merupakan cara terendah. Sebenarnya, masih bisa mendapatkan 'hasil' secara maksimal tanpa mesti membandingkan seperti menganalisis atau yg lain. Membandingkan antara satu dengan yg lain biasanya akan mendapat 'hasil' seperti 'lebih baik ini daripada yg itu'. Semua memiliki kelebihan dan semua memiliki kekurangan.

Aku jadi ingat, tahun lalu, saat peringatan World Environment Day, Aku berjalan kaki dari rumah ke kampus yg berjarak hampir 65 kilometer. Pada waktu yg bersamaan, hari iru merupakan job stand-up yg Aku terima (walaupun cuma-cuma… bayarannya) di Seminar Kanker Serviks.

Bukan berjalan kaki dari rumah ke kampus yg ingin Aku ceritakan tapi, keberlangsungan Seminar Kanker Serviks-nya.

Acara molor satu jam. Tidak masalah, karena Aku masih lelah. Dimulai dengan beberapa basa-basi seperti sambutan ini-itu, acara dimulai. Seminar berlangsung seru, mungkin ini kali pertama Aku merasakan peserta seminar yg begitu antusias terhadap 'isi' seminar daripada sertifikat yg nanti akan diberikan.

Aku, di sana sedikit canggung. Tentu saja karena ini seminar Kanker Serviks. Jadi, Kanker Serviks adalah kanker pada mulut rahim perempuan. Damn. Sebagai lelaki yg telah menerima tawaran stand-up, maka Aku bersikap profesional karena memang tidak ada yg salah.

Lama, sungguh lama karena antusiasme yg dibangun oleh penyaji seminar bisa menarik perhatian peserta seminar. Dimulai dengan telat dan acara jauh dari kata sepakat.

Tunggu dulu. Selain penyaji dapat membangun perhatian dari peserta, ternyata komunitas tersebut (sekalian) menjual produk. Setelah mereka menyajikan betapa mengerikannya perempuan bila (amit-amit) terkena penyakit Kanker Serviks, maka diakhiri dengan demo pruduk. Ini seperti di arisan ibu-ibu RT tiap bulan.

Hal terpenting untuk tidak terkena Kanker Serviks, menurut mereka (baca: penyaji seminar) adalah penggunaan pembalut. Yup, ternyata banyak pembalut yg beredar di pasaran itu berpotensi terkena penyakit tersebut. Mengenaskannya saat Ia meminta peserta seminar yg notabene-nya perempuan untuk mengeluarkan pembalut yg dibawa. Damn, saat ada salah seorang menyerahkan pembalut seperti polisi yg pasrah meyerahkan senjata andalannya kepada perampok. Dengan segala hormat, itu menjijikan. Tapi, ini dia kejekannya orang saat menjual produk, membandingkan antara pruduknya dengan produk lain. Di satu sisi Ia menjelek-jelekan produk lain dan membanggakan produk sendiri. Saling menjatuhkan.

Dalam product salling memang banyak terjadi hal demikian. Inilah yg mengakibatkan bisnis di Indonesia 'kotor'. Melihat hal demikian, seperti membandingkan 'Uang' dengan 'Tuhan'.

Jika memang ingin bersaing, bersainglah dengan sehat. Keputusan akhir ada ditangan konsumen tapi, jangan meyakinkan dengan cara menjatuhkan. Biarkan keunggulan produk yg bicara sendiri dan konsumen-pun akan memilihnya untuk membeli. Product Saying, jarang diterapkan oleh pebisnis di Indonesia.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -