The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani February 13, 2012

Pray For Tyo (part I)



Kini gue telah kehilangan salah satu calon maestro sepakbola yang (pasti) suatu saat nanti akan mengharumkan Indonesia di mata dunia . .

11 Februari 2012
Hari ini sangat tidak begitu inidah bagi gue. Semua kacau oleh keadaan, gue akui, kalau gue telah gagal menaklukan hari ini. Semua terjadi begitu cepat, samapi gue harus mencoba melangkah dengan lebih besar untuk bisa mengimbanginya.

Kabar2 buruk terus menusuk pikiran gue tiada henti. Dari meninggalnya sang Ratu Pop Whitney Houston, berita korupsi dilayak kaca televisi yang tidak kunjung henti, sampai meninggalnya Prasetyo.

Kali ini gue ingin menulis tentang meninggalnya Prasetyo, salah satu tetangga gue dulu disini,salah satu bibit pesepak bola professional, salah satu pria yang begitu unik yang pernah gue kenal. Terlalu cepat baginya untuk pergi meninggalkan kami disini yang membutuhkan senyumnya, candanya, ngambeknya, dan kelihaiannya memainkan si kulit bundar. Temen2 gue biasa memanggilnya “Jonjoth”, entah artinya apa, tapi gue tetep memanggilnya dengan sebutan, Tyo. Sederhana dan tidak akan menimbulkan ambigu kepada yang lain.

Seingat gue dulu, dia sudah menjadi tetangga cukup lama. Rumahnya hanya berbeda 6 rumah dari rumah gue. Kita memang tidak terlalu dekat, karena umur yang menjadi faktor, usianya baru 17 tahun sekarang sedangkan gue sudah 20 tahun. Yang artinya, ketika gue sudah bisa makan dengan nasi diumur 3 tahun dan dia baru lahir dan hanya bisa meminum asi.

Ketidak dekatan gue dengan Tyo tidak menghalangi gue untuk tidak mengamati perkembangannya selama masih menjadi tetangga disini. Aku masih ingat ketika ada lomba 17’an yang kira2 sudah 8 tahun yang lalu, dia begitu bersemangat untuk bisa memenangkan hampir semua yang dilombakan. Tekadnya begitu kuat untuk menjadi juara, walau diapun tahu kalau hadiahnya pun tidak seberapa atas segala upaya dalam setiap lomba.

Tyo merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya adalah Tomo dan yang kedua adalah Devi. Seperti biasa, sama seperti kehidupan keluarga yanglainnya, pasti ada saja pertengkaran antara saudara kandung. Dan keluarga inilah yang sering menjadi pelakunya.

Sungguh begitu menyenangkan memiliki tetangga seperti mereka, karena kakak pertamanya umurnya hanya berbeda satu tahun lebih tua dari gue. Kita dulu dekat, sering main sepak bola bersama, ngaji ditempat yang sama, rental PS 1 bersama, sampai dulu kadang gue berangkat sekolah bareng dengan dia. Tapi pada satu waktu, gue ingat saat itu bue masih kelas 5 SD. Kita melakukan ngadu bola dengan RT lain. Pertandingan begitu seru, walau kami terus2an diserang dan sering kemasukan sehingga kami kalah telah 10-1. Sebenarnya pertandingan itu belum selesai, karena tiba2 salah satu tim lawan yang bernama Kuncunk memprovokasi Tomo dan terjadilah perkelahian. Dan inipun tidak bisa dibilang perkelahian seperti yang kita lihat di tipi2. Hanya main plotot2an dan dorong saja lalu Tomo lari terbirit pulang kerumah. Mulai saat itulah gue engga pernah bermain bersama dengan dia. Tomo tidak pernah mau keluar rumah pasca kejadian itu.

Yup, kita kembali pada Tyo. Gue memang tidak bisa lagi bermain sepak bola dengan kakaknya, tapi gue masih bisa bermain dengan Tyo, adiknya. Cara permainan sepak bola mereka hampir sama, Tomo da Tyo sama2 memilih bermain di sayap kanan. Teknik merekapun tidak berbeda jauh, tapi Tyo lebih berkiblat pada gaya permainan Brazil dengan permaian cantik, seperti menari dilapangan dan Tomo lebih kepada gaya permaianan Inggris ketika masih dibela David Beckam, umpan2 silang jauh yang sangat memanjakan penyerang dalam mencetak gol.

Bermain dilapangan volley dengan menggunakan bola plastik setiap sore, dari senin-minggu. Tidak ada kata ‘tidak’ untuk Tyo dalam bermain sepak bola. Gue pun pernah mendapat kesempatan untuk bermain satu tim dengannya saat kejuaraan yang diadakan oleh Remaja Masjid yang hadiahnya sebuah kambing. Tyo, merupakan satu2 pemain yang paling kecil dalam tim. Bakatnya telah membuat kami (Tim) memilihnya untuk bermain. Semangatnya dalam bermain sangat membakar kami setiap pertandingan dan pada akhirnya kamilah yang keluar menjadi juara.

Tyo, menjadi orang yang paling disegani dalam segi perlombaan. Acara 17’an adalah miliknya. Hampir setiap lomba dialah juaranya. Dari lomba balap karung, lomba joget balon, sampai lomba cerdas cermat. Gue mendapat kesempatan untuk melatih sepak bola. Sungguh membanggakan. Sesi latihan menjadi hal yang paling menyenangkan, gayanya dalam membawa suasana agar lebih mencair merpakan keahliannya. Sempat satu kali kami dilarang latihan karena pos kami sedang dalam pembangunan dan Tyo-lah yang mengajak teman2nya untuk tetap latihan. Tekadnya untuk menjuarai kompetisi ini sangat kuat. Tidak bisa dilapangan yang biasa, maka mencari lapangan lain untuk latihan.

Pada pertandingan-pun, Tyo lagi2 menjadi ikon. Keahliannya jauh melebihi anak seumuran lainnya. Trik Keeping bola ala Xavi telah dia kuasai, tarian samba ala Ronaldo bisa dilakukan dengan sempurna, mengoceh kiper adalah andalan untuk menciptakan gol. Kadang kalian tidak percaya akan keahliannya, tapi itu memang telah Tyo kuasai sejak SD.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -