The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani May 08, 2013

Cerpen ini gue buat dari beberapa tweet, 'Oh… Kekasih'. Jadi gue cuma bikin bridging berbentuk narasi. Rada maksa, sih, tapi gapapa karena ini karya saya. Sila baca:


                                                  Ohh… Kekasih Kau Cantik


Di sebuah ruangan, aku melihatmu duduk termenung sambil memaninkan gadget pemberian orangtua-mu. Bukannya aku ingin menyindirmu, tapi memang kau ini gadis manja, yang (mungkin) dilahirkan bukan untuk bekerja. Tapi, cukup diam di rumah tanpa perlu melakukan apa-apa, semua sudah ada. Kali ini, aku sedikit bingung, apa yg membuatmu termenung di sana? Mungkinkah orangtua tidak dapat memenuhi keinginanmu, aku rasa tidak. Namun, ada apa?

Setelah aku memberanikan diri untuk mendekati --karena aku tahu, pantang seorang laki-laki mendekati wanita saat bersedih, bisa-bisa jadi kambing hitam--, kau tertunduk dan meneteskan air mata di bangku tempat kau duduk

apa yang kau lakukan, kekasih? tampak sibuk dengan meneteskan airmata. "menghapus nama oranglain dari bio." ucapmu sendu.

ahh, aku tidak bisa berbuat apa-apa, sedih memang baru putus dengan orang yang kita sayangi. Tapi, apa boleh buat, kini Tuhan telah berbuat. Dalam hati aku berpikir, 'laki-laki bodoh seperti apa yang tega meninggalkan wanita cantik nan-manja. Dasar bodoh'.

tenang, tak usah risau, kekasih, akan tiba waktunya, saat aku berhenti mendekatimu, lalu menjadi pasanganmu.

Oia, sejak kenal, aku sering memanggilmu: Kekasih. Padahal aku bukan bagian dari dirimu yang perlu kau kasihi, tapi aku hanya suka memanggilmu dengan sebutan seperti itu. Aku pikir, kau pantas dapat panggilan 'kekasih' karena aku tahu, kau dibesarkan dengan uang, bukan kasih sayang.

Atas segala kerendahan hati, sedikit bernawas diri, kekasih, aku tetap pengagummu.

Untuk keadaan seperti ini, banyak yang aku tidak mengerti darimu, dari semua hal tentang dirimu. Di sini kita kuliah, di sini kita belajar untuk tidak sering membuat ulah dan di sini kewajiban kita mendapatkan nilai. Nilai yang oranglain anggap penting. Bagiku: Tidak. Namun, dalam keadaan seperti ini aku memang tidak paham. Aku cuma seorang yang sering menggodamu.

kau memang terpelajar, kekasih, tapi tidak perlu semua kau mengerti. karena tidak semua ada di soal UAS.

Bisa berdua denganmu di satu ruangan memang sudah biasa, tapi berdua denganmu di satu ruangan dalam kondisi sekarang memang suatu kebahagiaan. Bisa di sampingmu saat kau bersedih.

asap mengepul se-isi ruangan, kekasih, kau penuhi keindahan.

Keindahan karena kecantikanmu, keindahan oleh kehadiran perasaan yang sampai sekarang aku pendam. Jantungku berdetak tak karuan, apakah ini akibat kita berduaan di satu ruangan? Mungkinkan ini Cinta.

ingat, kekasih, aku suka angka ganjil. di sana selalu ada angka penengah. aku menyebutnya: Cinta

Aku memberikanmu sapu tangan untuk kau gunakan menghapus air mata yang masih tergenang di wajah dan sedikit merusak pemandangan. Tapi, tetap saja, kau memang terlapau cantik.

bunga, tumbuh mekar secara alami, kekasih, kecantikanmu juga. dengan sendirinya memalingkan duniaku.

Kau terus mengucapkan terima kasih atas kebaikanku. Ya, bagimu, memberikan sapu tangan untuk menghapus air mata di wajahmu adalah perbuatan baik. Aku hanya bingung, sebenarnya itu tidak berguna, kau tetap cantik. Aku tidak baik, karena beginilah keseharianku, begitulah guru-guruku dulu mengajarkan.

berhenti mendo'a-kan yg baik-baik, kekasih, jika Tuhan dengar, aku berat menjalani.

Aku hanya bisa mengingat kejadian-kejadian yang telah kita lakukan bersama. Dulu. Kau sering mengerjaiku untuk ke bioskop bersama. Karena hujan, aku berteduh di Halte. Karena ini adalah janji, aku tetap menunggumu di sana sampai kehadiramu tiba. Walau cukup lama, aku tetap di sana. Dengan mudahnya kau membatalkan karena sengaja ingin mengerjaiku. Aku tidak sakit hati, karena kau bahagia, karena kau semakin cantik bila tertawa.

seperti yg sudah kau tahu, kekasih, aku menunggumu di Halte saat hujan. saat kita gagal kencan.

Tidak hanya itu, aku sering dimintamu menunggu di rumahmu, di ruang tamu dengan begitu banyak suguhan pembantu. Kau lama tak kunjung keluar kamar, ketika aku tanya kenapa bisa lama, jawabmu singkat: pakai baju apa, yah?

saat kau terdiam di depan meja rias penuh lampu, kekasih, tak ada yg dilakukan, kau sudah cantik.

Aku ungkapkan perasaan yang sedari dulu aku simpan. Kau anggap itu hanya guyonan. Kau malah tertawa tak tertahan.

kekasih, masih juga belum percaya semua kata-kataku. tak apa. setidaknya ada yg aku percaya: kau cantik setiap hari.

Kita berdua keluar ruangan seperti tidak pernah terjadi apa-apa, seperti kejadian di dalam hanyalah mimpi. Aku padamu, kekasih.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -