The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani April 28, 2013

Kalau bukan dibuat oleh orang-orang profesional, mungkin tidak akan ada audisi #StreetComedy yang dilaksanakan sebelum hari H, Jika #BerGaMiS kita analogikan sebagai hari pernikahan, haram hukumnya pengantin disibukan oleh kegiatan resepsi dan akad nikah untuk hari H.Jika #BerGaMiS kita analogikan sebagai hari pernikahan, haram hukumnya pengantin disibukan oleh kegiatan resepsi dan akad nikah untuk hari H. Ketiga penampil disibukan oleh pelaksanaan audisi, Kang Dede menjadi host, Jui menjadi juri, dan… Ridwan mesti diminta untuk duduk dipinggir panggung menghabiskan sebotol bir promo. Mungkin tidak akan ada show sehebat #BerGaMiS.

It's a good managerial skill. It's a good technical skill. It's a Dream Team. Two thumb up for Stand-up Indo Bogor.


Sebuah cerita singkat yang mungkin hanya memenuhi lembar file pribadi. Sebuah cerita pendek yang hanya menjadi sebuah catatan. Catatan yang semoga bisa dibagikan.


Pintu Gerbang Telah Terbuka
 

Sebenarnya Aku sudah (sedikit) menulis tentang #BerGaMiS jauh sebelum promo show ini muncul di dunia maya, di dunia nyata melalui mulut ke mulut. Tapi karena ini bukan kewenanganku, lebih baik Aku simpan dibalik ketidak-sabaran acara tersebut.

Setiap pelajar ketika datang ke sekolah kemudian terlambat, hal pertama yang Ia harapkan adalah dibukakan pintu gerbang oleh penjaga sekolah. Mengatas namakan apapun, terlambat hanya soal waktu. Waktu yang telah diperkosa secara arukan kemudian ditelantarkan. Aku benci terlmabat. Aku benci orang yang terlamabat. Dan Aku terlambat datang ke acara #BerGaMiS. Aku membenci diriku sendiri saat itu. Aku membenci waktu yang terlampau cepat meninggalkan. Aku membenci semua yang membuatku terlambat. Semua yang tidak bisa dijabarkan dengan kata.

Di depan Ball Room, duduk manusia kekar. Serupa dengan Agung Hercules dengan versi rambut pendek. Dilengkapi tanda pengenal dengan nama @guejoy. Joy, berkesempatan menjadi Hansip. Ia bertanggung-jawab atas keamanan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Katanya, Aku hanya diperuntukan masuk setelah penampilan Jelanguan dan Ridwan.

#DamnSitLol

Rule is rule. Aturan tetaplah aturan. Andai mereka (baca: crew Bergamis) seorang aparatur negara pasti paham, bahwa aturan dibuat untuk dilanggar. Tapi karena mereka profesional, aturan yang telah dibuat mesti dipatuhi. Begitukan profesional ?

Aku datang nonton #BerGaMiS untuknya. Untuk namanya yang siap diorbitkan ke dunia Stand-up Comedy Indonesia. Sekilas, Aku ingat perbinacanganku dengan Ridwan di Kedai Alania. Perbincangan singkat soal #BerGaMiS. Perbincangan soal apa yang akan Ia bawakan nanti.
"Gue gak bakal bawain materi tentang angkot. Semua materi baru dan gak akan dicoba pas Open Mic. Biar jadi surprize, gitu."

Jarang. Sangat jarang Aku menemukan komika se-sombong dia. Sekalipun ada, mungkin hanya mempermalukan dirinya di panggung membawakan materi tanpa sekalipun pernah diuji.

Aku suka orang-orang sombong. Karena hanya dengan sombongnya 'lah yang masih membuatnya berdiri. Berdikari. Sombong Ia jadikan tongkat sebagai samdaran untuk tetap berdiri. Sombong adalah sikap membuktikan atas apa yang telah dilakukan.

Kepercayaan atas apa yang Ridwan tulis sangat penting bagi contoh ke setiap komika. Percaya bahwa premis yang dibawakan dapat membawa orang memperhatikannya. Percaya bahwa set-up yang ditulis dapat mempengaruhi main set penonton. Percaya bahwa punch-line yang ditulis dapat membuat terkejut penonton dan yang paling penting, yah, ketawa.

Walau Aku tidak melihat penampilan Ridwan. Tapi, dari luar Aku mendengar tawa, mendengar tepuk tangan, mendengar suara kelelahan penonton karena tertawa. Setidaknya Aku bisa menyimpulkan: Ridwan sukses.

Joy, dengan segala usahanya menenangkan orang-orang yang masih diluar yang belum diizinkan masuk. Dari coklat, rokok, dan harga dirinya Ia tawarkan. AKu melihat seorang wanita yang sudah kepalang kesel sama Joy. Mungkin di dalam otaknya Ia berucap, "Gue sumpahin telat juga lu ngangkat pas ngencuk sama cewek lu. Biar lu rasain betapa gak enaknya telat. Su !!"

Pintu sudah dibuka, semua diminta baris. Joy malah langsung ngacir ke dalem pas pintu dibuka. Dasar Kang Tambel Ban.

Melihat ruangan yang sudah dipenuhi orang dan Dede Kendor yang malah nyanyi-nyanyi di panggung, Aku hanya berpikir: Woy, stand-up. Malah nyanyi, gak sabar, nih.

Sial. Emang terlambat itu gak ada asyiknya kayak original sound track #BerGaMiS - Jelanguan. Duduk di baris paling belakang, cuma kedapetan kepala Kang Dede doang. Aahhhhh !! Tidak ada bangku kosong tersisa, karena semua bangku ditarik ke belakang. Mungkin ini trik untuk supaya terlihat sold-out. Santai, bergamis: bercandanya agak miris. 


Kang Dede stand-up. ssttt… dilarang berisik. Selasai. Aku puas tertawa. Aku puas bisa mengantongi beberapa materi Kang Dede yang sangat ke-orangtua-an itu. Berguna untuk diaplikasikan. Tidak satu-pun jokes yang dilontarkan miss ke penonton. Penyampaian, ke dalaman materi, dan keperjakaannya yang membuat semua dapat menghasilkan tawa. Aku berani menyimpulakan: Indonesia, bukakan pintu kalian untuk Dede Kendor. Biarkan Ia menyampaikan asumsinya kepada kalian dan kalian tinggal cukup tertawa. Penampilan terbaik Kang Dede yang pernah Aku lihat.

Bukan Jui Purwoto kalau penonton tidak tertawa saat melihatnya di panggung. Entahlah, Aku tidak menemukan titik kelucuannya di mana tapi, Aku tertawa. Mungkin ini yang dinamakan 'aura' komedian layar kaca. Saat asyik tertawa, Ia menyanyikan lagu… lagu apa, yah ? Gak penting judul lagunya apa, yang pasti Ia pelesetin lirik lagunya menjadi lucu. Ingat, lucu.

Jui seakan memberitahukan bahwa semua orang bisa melucu, bedanya Ia bisa menata semua kelucuan menjadi satu dan dibawakan dengan rapih, dengan kepintarannya membuat semua semakin lucu. Tidak semua orang bisa melakukan semua yang dilakukan Jui. Aku salah seorang penggemar Jui. Serius. Semua jokes yang tidak asing dikuping kita bisa diubah dan dibuatnya dengan format stand-up comedy. Melihatnya di panggung, seperti melihat Will Smith melucu. Kental akan aksen, pintar dalam diksi.

Tapi, Aku sedikit kasian pada semua penampil. Mungkin karena AC ruangan yang terlalu dingin, berakibat penampil kekeringan di mulut. Jui berkali-kali membasahi… gigi atau gusi, yah ? Entahlah, soalnya nyaru, sih. Hebat. Malam itu, Aku terhibur atas segala kekesalanku terlambat. Aku belajar sebuah profesionalisme dari semua orang yang terlibat dalam #BerGaMiS.

Beginilah aroma Show Stand-up Comedy. Kelucuan dan kesedihan tercampur aduk. Wajah Jui memerah saat memeluk Kang Rifki. Pelukan hangat persahabatan. Saat keluar, di wall of fame, Aku bertemu Kang Dede. Aku memeluknya begitu erat. Walau kita tidak terlalu dekat, tapi Aku ikut terharu akan penampilannya yang 'hampir' sempurna di panggung tadi. Aku ingat semua jokes-nya. He's the best.

Kini, saat pintu gerbang telah terbuka, Aku akan siap mengikuti -- setidaknya jika Aku mampu -- BerGaMiS bila itu dibuatkan tur stand-up. Aku percaya, (Aku percaya akan banyak hal tapi, yang Aku yakini hanya satu: Tuhan.) bahwa seluruh Indonesia sudah siap menampung mereka. Indonesia butuh lawakan-lawakan sederhana seperti yang dilakukan ketiga cendikiawan Bogor: Ridwan, Dede Kendor, dan Jui Purwoto.

Pintut gerbang telah dibuka dengan lebar atas sebuah pembuktian bahwa mereka,… pantas.





Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -