The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani January 18, 2015



Barangkali yang membuat tim sekelas Persija itu besar, adalah nama Jakarta. Kalau pun kata “ja” dari nama “Persija” itu Jatinangor, mungkin tim itu menjadi tim medioker yang biasa-biasa saja. Tak perlu repot-repot dilatih seorang mantan tentara sekelas Rahmad Darmawan. Tak perlu menghambur-hamburkan uang untuk membawa pulang sang ikon Bambang Pamungkas. Dan, tak perlu repot-repot mentargetkan juara ditiap kompetisi – apapun itu jenisnya. 

Sebelum super liga bergulir, Persija sudah melakoni beberapa kompetisi, salah satunya Persija Trofeo; yang dijuarai bersama-sama. Anehnya, BP (panggilan Bambang Pamungkas, selanjutnya akan ditulis demikian) mengatakan, itu hasil yang adil. Jawaban yang membingunkan, sepertinya keadilan yang paling adil di negeri ini hanya ada di kompetisi itu.

Bukan. Bukan hanya itu saja, di kompetisi yang kini sedang bergulir, SCM Cup, dan diikuti oleh delapan tim: Arema Cronus, Sriwijaya FC, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Persela Lamongan,  Semen Padang, Mitra Kukar, dan Persija itu sendiri. Pada kompetisi itu, delapan tim terbagi menjadi dua grup: Sriwijaya FC Semen Padang, Persija, dan Persebaya, tergabung dalam grup A. sedangkan Persipura, Mitra Kukar, Persela, dan Arema Cronus di grup B. Sialnya, dilaga pembuka, Persija mesti takluk 0-1 dari Sriwijaya FC. 

Satu-satunya gol pada laga itu dibuat oleh Ferdinand Sinaga, setelah Tibo diganjar oleh Indra yang membuahkan dua kartu kuning dan tendangan bebas. Gol itu dibuat dari eksekusi tendangan bebasnya yang melewati ketiga kepala pagar betis pemain Persija. Satu gol, satu pemain dikeluarkan. Gol itu semahal kesombongan Ferdinand yang pergi meninggalkan Persib selepas mereka juara dan menjadi pemain terbaik di laga final itu. 

Sebenarnya laga Sriwijaya FC melawan Persija dilakukan hari sabtu (17/01), tapi karena hujan turun terlampau deras dan struktur rumput di stadion itu membuat lapangan tergenang. Dan akhirnya mesti ditunda ke minggu pagi. Coba setiap stadion di Indonesia kerja sama dengan perusahaan pembalut. Jadi rumput di stadion dibuat punya daya serap –bukan malah daya tampung.

Pada pertandingan itu Persija tidaklah bermain buruk. Tidak juga bermain baik. Tapi, tidak juga Persija bermain biasa-biasa saja, karena Persija dihuni pemain-pemain yang mahalnya luar biasa. Pada lagi itu, Persija hanya bermain mengikuti arah datangnya bola. Bola ditentang keras dari belakang ke depan, maka para pemain berlarian mengejarnya. Mereka diserang, tidak ada yang membantu pertahanan. Begitu sampai pertandingan usai. Paling hanya satu kali Persija benar-benar mengancam Sriwijaya FC, ketika Stefano Lilipaly mendapat umpan atraktif dari BP dengan pundaknya tapi ketika berhadapan langsung dengan Dian Agus, kiper Sriwijaya FC, tendangannya terlampau pelan. Entah, itu tendangan langsung atau sebuah operan.

Itu juga bisa dilihat dari statistik pertandingan. Penguasaan bola berimbang 50-50. Tendangan ke gawang pun mereka kalah unggul. Hanya sedikit mendekati satu angka untuk tendangan melenceng; namun yang pasti, akan selalu ada nama Ismed Soyfan di sana.
Namun, apabila melihat beberapa berita tentang Persija sebelum laga itu, sepertinya wajar-wajar saja. Sebab pelatih Pesija tidak menargetkan juara, ia hanya ingin melihat kekompakan anak asuhnya dan melatih mental menjadi seorang pemenang. Bagi seorang Rahmad Darmawan, itu jauh lebih penting. Juga, pada kompetisi SCM Cup, Persija tidak membawa beberapa intinya. Greg Nwokolo dan Abdul Lestaluhu mesti mendapat rehabilitasi pasca kompetisi Trofeo Persija. Sedangkan Ramdani Lestaluhu, izin menikah.

Ketika konfrensi press, Rahmad Darmawan bilang, "seceara keseluruhan permainan berjalan seimbang." Sementara itu, saat satu tim sedang melatih mental di sebuah kompetisi untuk menang, Ramdani mesti melatih mentalnya setiap malam di ranjang. 


Perpustakaan Teras Baca, 18 Januari 2015

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -