The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani May 21, 2014

Entah, dalam bayangan saya, 'taman' itu serupa tanah lapang dengan rerumputan yang hijau terbentang. Di sana ada banyak mainan dan banyak yang memainkan. Ada yang bermian dan dimainkan. Ada yang menunggu dan ditunggu. Ada yang berlarian dan ada juga yang hanya duduk diam. Taman, juga segala hal yang di dalamnya, selalu tak pernah habis untuk diceritakan. Seperti cerita roman.

Saya-- dan orang yang mengirimkan beberapa foto di depan Perpustakaan Teras Baca --bermaksud menceritakan taman yang terus diam padalah selalu dimainkan. Kalau saya, pasti sudah teriak sangat kencang; agar yang lain mendengar.

Kali ini saya coba menulis lima cerita #100kata dari lima foto yang dikirimkan Uyya'-- seorang fotografer amatir --dari kamera barunya. Seperti yang sudah-sudah, lima fragmen itu saya gabungkan dalam satu cerita. Dan, sekarang entah akan seperti apa. Inilah… selamat membaca:

Taman Siangmu


Sejak saat itu kami tidak bertemu. Sesekali aku ingin menelponnya, tapi selalu kandas di ujung telingaku. Tapi…, lagi-lagi tapi, katamu, pertemuan denganku hanya akan menyisakan ngilu karena sesuatu yang mesti dikeluarkan.*)

***

Pukul sepuluh lebih sepuluh.

Aku longok sekilas jam dinding yang jarumnya berbentuk simetris itu. Lalu mulai muncul ragu ketika pesan masuk ke email-ku. Darimu. Pesan itu bukan sekedar ajakan, tapi juga terkandung permintaan belas-kasihan. Aku hiraukan.

"Temui aku di taman."

Pukul satu kurang lima.

Lagi-lagi jarum jam berbentuk simetris. Tak lama ada yang menelpon. Aku angkat dan yang terdengar hanya tangis tanpa suara! Ibaku dirampas habis oleh tangis itu.




Perpustakaan Teras Baca, 21 Mei 2014
*) kutipan dari Novel Saman - Ayu Utami

Kupu-Kupu di Bulan Mei



Kisah ini bermula dari seorang lelaki yang tiba-tiba saja lari. Di bangku taman itu, ia tinggalkan segelas kopi hitam yang ampasnya sudah tenggelam di kedalaman yang entah ke berapa. Pastinya sangat dalam; kenangan pun tak sanggup meraihnya.

Ada yang bilang, lelaki itu adalah Tom Hanks dalam film 'Forest Gump'. Ada juga yang bilang, lelaki itu kesurupan. Ada-ada saja.

Di taman ini, aku adalah kupu-kupu yang tersesat di bulan Mei yang suka sekali mandi.

Tampang lelaki itu selangkah lagi ingin disudahi. Lebih baik mati daripada hidup namun, susah sudah seperti saudara sendiri.

***

Di taman ini, Lelaki itu adalah kepompong yang tersesat di bulan April yang suka sekali mandi.




Perpustakaan Teras Baca, 19 Mei 2014

Luka Kecil Sebesar Kerikil


Tidak perlu kau tanya pada seorang teman dengan lukanya itu, karena sama saja akan mengingat betapa sakit dan perihnya proses terjadinya luka tersebut.

***

Lelaki itu. Ya, lelaki itu tidak hanya merenggut taman main dan temanku, tapi juga Ia merenggut semua tawa-ceria dan masa depan mereka. Jahat sekali! Luka itu tak akan kulupakan seumur hidupku.

***

"Andini di mana?"

"Ada apa dengan Rini? Sudah satu minggu Ia tidak mau makan?"

"Mereka kenapa? Satu kelas jadi pendiam semua!"

***

Luka itu membekas. Biarpun kecil, tapi luka tetaplah luka! Kejadian itu singkat, di dekat perosotan, lelaki itu seperti kesetanan.

***

Dahsyat… lelaki itu tidak ditangkap. Barangkali polisi lupa. Atau, sengaja?



Perpustakaan Teras Baca, 20 Mei 2014

Perempuan itu Mati di Ayunan


Ia memilih duduk menyendiri di ayunan yang bisa diputar itu. Padahal di sisi taman lainnya banyak orang yang asyik sibuk dengan entah apa namanya. Ada yang melompati karet-karet yang disatukan. Ada yang duduk-duduk menikmati satu tangkap isi keju lengkap dengan susu. Dan lain-lain. Dan sebagainya.

Saya datang bersamaan dengan mendung yang mengundang hujan. Bahkan satu-dua rintik sudah turun duluan. Ada perempuan yang duduk sendirian. Di taman, yang sendirian pastinya tak bertuan.

Saya dekati…

***

Sambil menatap handphone, kemudian ia menangis. Lalu tertunduk. Cukup lama dan jatuh seketika. Ia mati di ayunan yang bisa diputar-putar itu.

Saya diduga membunuhnya. Saya dipenjara.

"Hah!!!"



Perpustakaan Teras Baca, 21 Mei 2014

Taman Tetap Mengerikan


Dulu taman ini selalu ramai. Lebih dulu lagi, sebelum taman ini berbentuk taman, ini ialah tempat pembantaian pejuang yang tertangkap tangan mengintai. Aku ada di antara taman yang dulunya ramai dan taman yang lebih dulu lagi dibuat tempat pembantaian.

Di taman itu, kenanganku gentayangan. Di setiap tanggal sembilan, kenangan itu menghatui seluruh pengunjung taman. Pada sebelah selatan taman bisa kau lihat ada gundukan tanah, kan? Pada tanggal sembilan gundukan itu mengeluarkan asap. Kenanganku menguap!

"Sudah saya ingatkan untuk tidak ke sana setiap tanggal sembilan!"

***

10 Agustus 1998

Wonosari - Ditemukan sepasang kekasih gosong di taman. Diduga semalam mereka bercumbu di dekat gundukan taman di sebelah selatan.




Perpustakaan Teras Baca, 21 Mei 2014

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -