The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani December 14, 2011

Hal paling mendasar yang terjadi pada remaja saat ini adalah mereka bangga dengan apa yang mereka tidak tau. Memakai jersey terkenal tapi tidak mengerti maksudnya dari jersey tersebut, mendengarkan music keras tapi tidak pernah tau maksud dari music tersebut. ini sama saja dengan meminum obat tapi tidak tau kegunaannya. Globalisasi yang secara tidak kita sadari telah masuk kedalam pola pikir kita sebagai manusia yang berpendidikan.
Sebenarnya kalau kita bisa menelaah lebih dalam tentang Globalisasi tersebut, maka kita tidak akan salah kaprah seperti sekarang ini. Banyak kehidupan dari negara asing yang sekiranya tidak tepat bagi kita tapi karena kita tidak tau maksud dan artinya maka kita hanya menirunya saja. Jelas sekali, itu datang dari mereka dan sangat berbeda dari kita. Salah satu contoh nyata pada kehidupan tentang Globalisasi adalah cara kita mendengarkan music, kita-pun sudah mengetahui bahwa music merupakan bahasa universal, bahasa yang diketahui banyak orang. Tapi, yang jadi permasalahan adalah apa kita mengerti musik yang dibawakan tersebut . . ??
Music memang bahasa universal, kita dapat mendengarkannya dengan suasana hati seperti apapun dan yang terpenting rnak untuk didengar. Terkadang bila kita sampai ketahap ‘menyukainya’, kita akan secara tidak langsung meniru gaya yang kita suka tersebut sampai kecara berpakaian kita, cara bicara kita, cara kita bertindak sama persis dengan musisi kesenangan kita. Tapi, kita sebagai manusia berakal, alangkah baiknya ketika itu terjadi pada diri kita maka kita akan mencari tau maksud dari music yang dibawakan musisi tersebut bukan hanya sekedar ‘BERGAYA’ doang. Bergaya modis agar dibilang keren, bermusik sesuai pasar agar dibilang gaol. Padahal musisi tersebut menjual music yang didalamnya ada lirik, nada, dan buah pemikiran mereka.
Menyukai mereka tetapi tidak tau yang sebenarnya mereka jual itu sama saja seperti beli anjing dengan mata tertutup. Kita tau itu anjing, kita tau itu hewan, kita tau itu menggong.gong, tapi kita tidak tau itu anjing jenis apa.
Bicara music ber-genre metal, itu dahulu dinyanyikan oleh sekumpulan musisi untuk memberontak pemerintahan tentang negaranya yang semakin semerawut. Mereka berteriak dari suatu garasi ke garasi agar memiliki komunitas sendiri dan suara mereka didengar. Hardcore, begitulah para ahli music menyebutnya. Seiring dengan berkembangnya perindustrian music, merekapun ikut berkembang tapi dengan gaya yang sama, gaya ‘selengean’. Baju sobek, tato besar disekujur tubuh, celana panjang yang disobek-sobek dan itulah mereka.
Muncul sebuah symbol 3 jari atau 2 jari, ini sebenarnya bukan symbol dari music mereka tapi mereka (para musisi) yang memakai symbol ini adalah musisi yang memiliki paham yang berbeda, paham “FREEMAON”. Gue engga akan bicara banyak tentang ini. Tingga kalian cari sendiri. Sudah ada GOOGLE, Yahoo! Atau yang lain.

Carilah arti dari yang lu suka, bukan hanya GAYA DOANG . .
Jadilah penggemar yang benar-benar mengerti yang digemari, orang yang hanya bisa berGAYA doang tetapi memiliki otak kosong sungguh tidak layak dibilang penggemar. Dia (orang yang digemari) akan malu memiliki penggemar seperti kalian yang tidak dapat menangkap apa yang dimaksud.
Jangan bangga dengan apa yang kalian tidak tau . .
Tidak usah cape-cape membela jika masih tidak mengerti . .
NB : itu yang berkacamata besar yang dibilang pake spion mobil adalah basist dari EFEK RUMAH KACA, bang Adrian. Matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas tapi sampai sekarang dia masih bisa berkarya dengan baik. Pemikirannya ditumpahkan kedalam setiap album EFEK RUMAH KACA. Orang seperti dia saja masih ingin terus belajar dengan segala kekurangan. Enggali lebih dalam tentang kehidupan sosial. Ini bukan tulisan untuk meerindu, tetapi untuk membuka pikiran kalian. Salam hormat gue untuk Bang Adrian ERK. Get well soon

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -