The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani September 21, 2012

Saptu, 15 September 2012.

Hari itu gak akan gue lupain. Hari itu special bagi gue. Hari itu gue menulis sebuah sejarah baru. Hari itu gue mendapat pengalaman berharga. Hari itu gue belajar banyak. Hari itu gue… menjadi salah satu dari ratusan penonton Tur Stand-up Comedy Special Merdeka Dalam Bercanda, Pandji Pragiwaksono (@pandji).

Bumi Gonjang Ganjing. Langit Kelap Kelap

Gue sadar, ini adalah kali pertamanya nonton pertunjukan stand-up comedy berbayar setelah banyak event stand-up yang sudah bertebaran di seluruh pelosok Indonesia. Bukannya gue gak bisa bayar untuk begitu banyak event stand-up berbayar yang sudah ada, bukannya gue juga ingin sombong banyak uang untuk bisa menonton semua #gigs stand-up comedy. Tapi karena satu denganyang lain, akhirnya gue batal untuk bisa hadir, setidaknya untuk wilayah JaBoDeTaBek
.
Mungkin ada tur stand-up dari Ernest Prakasa, Merem Melek Tour saat di Gedung Kesenian Jakaarta. Charity Nite untuk YPKAI oleh @StandUpIndo dan gue cuma mentrasfer beberapa uang yang berhasil gue kumpulkan ketika membuat hal serupa di Kampus. Dan Provocative Proactive StandUp yang diadakan di Erasmus Huis. Gue yakin sudah banyak event stand-up comedy lainnya yang sudah digelar. Apa boleh buat, gue hanya bisa meresakan sensasi itu melalui stalking di timeline.

Tapi, kali ini gue gak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk jadi pendengar yang baik. Kali ini gue akan datang. Kali ini gue meyiapkan senjata-senjata untuk #turMDB, bukan penampilan, tapi senjata gue adalah membaca banyak referensi dari berbagai buku untuk tidak ‘cengo’ ketika melihat performer menyajikan beberapa materinya.

Satu bulan sebelum hari H, gue dapet kabar dari salah satu admin Stand Up Indo Bogor (@StandUpIndo_BGR) selesai Open Mic yang diadakan di Kampus gue sekalian buka bersama kalau #turMDB dilaksanakan tanggal 15 sept di aula SMAKBo. Mulai dari hari itu gue ngumpulin duit untuk bisa beli ticket, mulai dari hari itu gue meng-khususkan waktu dengan membuat reminder dihengpon, gue buat note dengan hitung mundur setiap harinya seperti -> “H-11 hari menuju #turMDB.” Dan begitu seterusnya sampai hari H.

Tangan gue semakin gatel untuk ngetwit event tersebut tapi, gue harus tahan. Ini bukan hajat gue, ini adalah hajat Pandji dan Stand Up Indo Bogor. Bahkan merekapun belum nge-share di twitter.

Lewat akun SUI BOGOR, mereka memberitahu kepada para follower-nya. Gue-pun gak pengen dikalahin mereka. Lewat akun sendiri, gue ikut nyablak event tersebut dengan versi gue. pokoknya dalam satu hari, minimal gue nyelipin satu twit gue untuk ikut nge-share.

Kembali gue baca buku Merdeka Dalam Bercanda, maksudnya sih buat gak nge’blang aja pas nongton. Judul turnya aja Merdeka Dalam Bercanda, pasti ada kaitannya sama buku MDB. Setelah selelai baca itu, gue baca NASIONAL_IS_ME (ebook), maklum, belum punya duit untuk beli bukunya. Tapi gue udah sering baca buku ini berkali-kali. Apa lagi ketika lagi dalam keadaan Writers Block (keadaan dimana penulis mentok dalam menulis. Begitu kata Raditya Dika dibuku antopoliginya dengan para pembacanya), seakan tulisan gue kembali ‘ngocor’ setelah baca buku itu. Tapi, sebagai pendengar yang baik saat hari H, gue ngerasa ada yang kurang bahan buku yang gue baca. Yup, buku Ngawur Karena Benar karya Presiden Jancukers Sujiwo Tejo (@sudjiwotedjo) rasanya cukup untuk nambahin bahan. Bagi gue, mereka berdua, Pandji dan Ki Sujiwo Tejo memiliki kemiripan. Mereka sama-sama bersuara untuk Indonesia tapi dengan gaya mereka masing-masing. Pandji, tampak New School (Jaman Sekarang, definisi nyablak penulis), sedangkan Ki Sujiwo Tejo itu Old School in the New School (membawa Jaman Dulu ke Jaman Sekarang, lagi-lagi definisi nyablak penulis). Buku Ngawur Karena Benar, gue pilih memang isinya ya membicarakan Indonesia. Cocok ‘lah.

FYI: gue ingin seperti Pandji dan Ki Sujiwo Tejo. Mereka ‘lah yang membuat gue percaya atas apa yang gue lakuini saat ini, Demi Indonesia.

Sedih tidak bisa ikut Meet and Great / Coaching Clinic / apalah kata orang-orang nyebutnya karena gue gak tau apa yang dilakukan di sana. Pertama, karena udah ada janji sama orang untuk Gathering  nerusin buku Indonesia Di Balik Pintu. Kedua, karena gue gak tau tempatnya, cukup sudah sebundel kisah nyasar gue selama hidup di Bumi Pertiwi. Jadi yasudahlah...

Sore hari gue bertolak ke SMAKBo, dasar namanya malem minggu, jalanan penuh. Padahal gue tahu mereka itu pada Jomblo. Belaga aja menuh-menuhin jalanan biar yang pada Mamingan jadi ogah keluar rumah gara-gara takut kena macet. Asuu…

Setibanya di SMAKBo rame juga yang dateng. Hanya ada dua kemungkinan untuk menjelaskan ini, pertama, ternyata Stand-up Comedy telah menjadi sesuatu yang mainstream di Bogor, dan kedua, ternyata Pandji terkenal juga yah. Padahal gue tahu, setiap EO atau komunitas Stand-up Comedy yang membuat event stand-up pasti yang ditanya adalah Raditya Dika. Tapi kalo di Bogor yaa Jui (@juijuijuijui <- bener gak sih ini akunnya ? ada berapa ‘jui’ disitu ?). Jujur, gue mengalami ini. setiap pengen bikin Open Mic di Kampus, adaaaa aja yang nyeletuk “Undang Raditya Dika, dooong. Biar rame.” Bahkan ketika gue bikin Open Mic di Perpustakaan Teres Baca (@TerasBaca), ada lagi yang ngoceh, “Kalo ada Jui, baru gue dateng.” Saran aja sih ke mereka berdua, bok ya bikin komunitas stand-up sendiri gitu. Kasian penggemarnya, kasian yang pengen bikin Open Mic baru, kalo mentalnya kendor pasti udah kapok bikin Open Mic. Misalnya, @StandUpIndo_Radit atau @StandUpIndo_JUI. Maaf… guyon.

Baru aja parkir motor, dari gerbang tiba-tiba dateng Chipmunk. Tiga orang laki-laki jalan dengan gaya sok macho. Badannya kecil, mungkin SMP tapi kalaupun udah SMU paling baru kelas. Dan yang paling menjijikan adalah salah satu dari mereka ada yang pake baju merah ‘JKT 48’. Wuuiiiiih, siapa ini yang ngasih tau kalau disini juga bakalan ada perform boy/girlband ? Okeh, siapapun yang tau Pandji pasti paham kalau Ia sungguh Nasionalis dan Nasionalis itu identik sama warna merah. Tapi, gak gitu juga tulisannya, JKT 48.

Baru sempet nyari posisi buat nunggu temen yang pengen nongton juga, gue malah disamperin dua orang yang umurnya 5-6 taun diatas gue. Asyik ngobrol, ternyata kuping gue nyantol juga dan telisik punya telisik kedua orang tersebut adalah alumni SMAKBo. Wuiih, hebat. Alumni-pun diajak untuk nongton acara di sekolahnya dulu. Nice crew.
Gak lama, dateng temen mereka dan saling bertukar cerita semasa sekolah. Anehnya, gue dikira Alumni SMAKBo. Udah ge’er aja gue, ternyata tampang yang ganteng gini ada tampang sekolah kece juga. Biasa aja sih gue. akhirnya mereka pergi ninggalin gue. gak jauh mereka pergi, terdengar suara “iyah, apa lagi pas kita praktikum trus ada yang sampe meledak kena mukanya”. HAH ! jadi gue dikira temennya itu yang pernah kena zat kimia di muka dan meletus di Lab. Dasar kalian, Blutut (Bluntelan Kentut).

Karena risih sama jacket yang gue bawa, gue inget twit Mpok Gamila (@gamilaarief), istri Pandji, minggu lalu. “Ketika packing, baju itu digulung. #TugasFoolower.” Kurang lebih seperti itu. Ternyata benar, dengan gue gulung, isi tas tidak terlalu menggelembung. Nice tips.

Open Gate jam 7pm. Inilah waktu yang gue tunggu. Tapi ada catatan penting, ternyata semenjak gue dateng tidak ada satu-pun orang yang rokoan disekitar area acara. Wuiiiiih, patut dicontoh. Gue sering dateng ke event-event besar dan disana masih saja banyak yang rokoan, walaupun itu di sekolah. Pintu  telah dibuka, dengan sabar gue mengantri untuk masuk. Gapapa deh gak dapet hot spot yang nyaman untuk nongton.

Acara dimulai, tiga komika Stand Up Indo Bogor membuka acara tersebut dengan sukses. Padahal gue udah liat mereka latihan ketika Open Mic dan masih tetap lucu ketika dibawakan. Itu’lah kekuatan materi yang dalam. Walaupun sudah dibawakan berkali-kali tetap saja bisa membuat tawa. Bahkan tak diduga, ada juga meteri yang baru aku dengar sekarang. Ketika dibuka oleh Hada (@HadaHitut), suara membahana saat Ia keluar dengan joget Gangnam Style. Sukses Hada, giliran Koide (@Koide_Namizo) dengan gaya khas-nya materi blue disampaikan hingga tidak terlalu sensual, nice perform. Disambung oleh Dede (@DedeKendor), ahh, gue suka logatnya. Entah sunda atau betawi, tidak jelas tapi membuat gue ngakak. Ini menjadi salah satu yang gue tunggu, Wanda (@UrbanWanda), ketika di referensikan oleh Jui saat Gathering di AgriPark (Taman Dinosaurus), nice. Gue senyum, karena gak tau bahasa sunda. Itu’lah kelemahan gue, tidak bisa mencerna dengan baik kalau bahasa yang digunakan tidak gue pahami.

Dan, saat Pandji keluar, tepuk tangan-pun menyambutnya. Hampir sepuluh detik tepuk tangan ini mengudara dan mungkin diserap oleh Pandji sebagai suatu kekuatan baru selain materi yang Ia punya. Takjup, gue ingat twit Ernest Prakasa dulu ketika Pandji menyelesaikan stand-up specialnya Bhineka Tunggal Tawa, “Stamina yang sangat luar biasa, gue ingin setangguh dia (pandji).” Mungkin hanya gue yang tidak ikut tertawa lepas dengan penonton lainnya. Masih takjub dengan gayanya menyampaikan bit-bitnya. Gue takjub karena gue ngerasa isi buku Merdeka Dalam bercanda benar-benar dibedah, benar-benar ditelanjangin, benar-benar kulitpun serasa bisa dimakan semanis isinya. Pernah beberapa kali gue mendatang pengarang yang membedah buknya, tapi baru kali ini gue terkesima oleh penulis yang membedah bukunya dengan seperti ini. mungkin Raditya Dika pernah melakukan hal yang serupa dengan ini, tapi gue rasa gak sekuat ini. satu jam lebih Pandji cuap-cuap di panggung dan selama itu juga gue ketawa. Artinya, setiap bit telah sukses dibawakan hingga menghasilkan tawa.

Suatu saat nanti, ketika gue bisa menulis sebuah buku. Gue akan melakukan seperti ini. mungkin tidak sehebat Pandji, tapi gue akan berusaha terus, demi Indonesia. Bersulang. Let’s Blak. Viva la Komtung.


Cerita tambahan :

Setelah acara selesai, semua keluar gedung penuh suka-ria. Seperti habis melihat pertunjukan sirkus. Keluar satu per satu dengan tertib, tapi diantara penonton, ketika gue keluar gerbang, sepintas gue melihat Joy (@guejoy), Komika Stand Up Indo Bogor. Ini malam minggu, Ia menuntun motornya dengan seorang wanita. Sungguh romantis. Tadinya gue pengen nolongin dorong motornya, karena gue tau itu bukanlah hal yang disengaja. Pasti motornya ngambek. Biarlah, bagi gue ini romantis. Hari yang romantis harus ditutup dengan yang romantis pula. Selamat mendorong motor bersama pasanganmu, Joy. Perhatikan muka pasangan lu, kalau tidak ada yang perubahan yang signifikan berarti pasangan lu udah cinte. Tapi kalau mukenye makin manyun, wuiiih buru-buru deh berkorban buat dia. Soalnya cinta tidak butuh pengorbanan, ketika ada pengorbanan didalam cinta maka saat itu pula cinta telah pudar.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -