The Pop's

Posted by : Harry Ramdhani June 06, 2012

Yups, nama gue, Harry Ramdhani. Banyak orang yang melakukan PERUBAHAN. Semua orang melakukan perubahan kapanpun. Dari perubahan yan sekedar remeh-temeh sampai perubahan kearah sebuah revolusi baru. Tapi, ada satu perubahan terbesar didalam diri manusia, perubahan itu adalah kematian.

Perubahan yang tidak bisa terelakan oleh setiap manusia, dan manusia pun harus menerima perubahan itu apapun apapun alasannya. Sebelum gue melakukan perubahan terbesar itu, kini perubahan yang sedang lakukan adalah perubahan atas hal pendidikan. Memang sedikit berat kalau kita ingin mengubah suatu sistem pendidikan yang kita anggap ‘ada yang salah’.

Tapi itulah yang terjadi sekarang. Dan gue ingin merubah itu. Sudah banyak orang yang melakukan perubahan dibidang ini, sebut saja, Sekolah yang didirikan oleh Bahruddin di Salahtiga, sana. Dia membuat sebuah komunitas kecil tetang pendidikan yang menurutnya benar. Dia membuat ‘Sekolah Rakyat’ di era dimana Indonesia telah ikut didalam anggota G20. Anggota G20 merupakan kumpulan dari negara-negara yang mempunyai kekuatan ekonomi yang sangat kuat, tapi seorang Bahrudin tetap saja tidak sependapat. Banyak orangtua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya karena biaya. Putus sekolah karena kekurangan biaya. Tidak bisa sekolah karena harus ikut mencari uang membantu keluarga. Bahruddin membangun SMP untuk anak yang tidak mampu. Bukannya bebas biaya, tetapi Bahruddin membiarkan untuk setiap angkatan mendiskusikan sendiri kepada kelompoknya untuk menentukan berapa biaya yang harus dikeluarkan dan Bahruddin pun tidak pernah ‘mematokkan’ harga untuk bisa belajar. Baginya, belajar tidak perlu biaya, semua orang berhak untuk bisa belajar dan mendapat pengetanuan.

Geu ingin seperti dia, Bahruddin. Kini, hampir satu tahun Perpustakaan Teras Baca yang telah gue buat bersama anggota Karang Taruna RT. Kita membangun bersama, tetapi setelah terbangun, mereka pergi dan meninggalkan gue disini. Sendirian. Dan inilah perubahan yang gue lakukan dan gue perjuangkan.

Kalau diukur dengan lama waktu, maka gue telah gagal. Gagal menjalankan Perpustakaan ini. Gagal mengajak masyarakat bahwa membaca itu penting. Sebelum gue mengenal Bahruddin, sudah terpikir sejak dulu untuk bisa membangun perpustakaan ini. Alasan gue cukup sederhana. Pertama, dengan orang membaca, maka ia dapat melakukan berdasarkan apa yang ia bisa. Kedua, dengan ia membaca, ia dapat menulis seperti buku yang ia baca, karena dengan membaca ia dapat menulis apapun dan inilah kelebihan bangsa Indonesia yang tidak terekspose oleh media untuk mengharumkan nama Indonesia dimuka Internasional. Banyak orang Indonesia menuangkan segala ide cemerlangnya lewat tulisan, tetepi karena tidak terekspose, maka itu seperti membuat masakan tetapi tidak ada yang menyantapnya. Ketiga, gue selalu percaya investasi terbesar yang dilakaukan oleh orang tua adalah ‘menyekolahkan anaknya. Jadi, bagi mereka, dengan mengeluarkan uang berjuta-juta untuk anaknya belajar disekolah adalah bantuk investasi terbesar. Kalau tidak begitu, maka orang tua bisa saja memberikan anaknya uang berjuta-juta untuk dikelola sendiri bukan untuk sekolah. Dan investasi terbesar yang dilakukan oleh anak ketika belajar adalah membeli buku. Buku memang bernilai, tapi tidak untuk isinya.

Hari demi hari gue belajar untuk bisa menjalankan Perpustakaan ini. Hingga pada akhirnya gue berpikir, ‘perpustakaan ini tidak semestinya hanya perpustakaan biasa. Sepertinya perpustakaan ini butuh kegiatan untuk meompang orang agar datang lalu mereka harus membaca buku disini’. Gue putuskan untuk membuat kegiatan seperti ESC (English Sharing Club), sanggar seni lukis, dan belajar bersama. ESC merupakan tempat orang-orang nanti belajar bahasa inggris. Gue bersama teman kulaih gue tentunya telah melakukan sedikit riset bahwa ‘ada yang salah’ dengan cara pembelajaran siswa ketika belajar bahasa inggris. Disekolah, siswa beajar behasa inggris dengan menulis, menghapal kemudian berbicara lalu mendengar. Padahal untuk bisa belajar suatu bahasa sama seperti kita ketika bayi. Pertama kita mendengar dahulu orang berbicara, lalu kita sendiri yang berbicara berdasarkan apa yang kita dengar, sedikit demi sedikit kita menghapal, lalu yang terakhir adalah menuliskannya.

Sanggar seni lukis, awalnya ini dimulai ketika gue berbincang setelah kegiatan 17’an dengan salah seorang guru seni. Dia mengatakan, “tau gak, anak-anak ketika diminta untuk menggambar/melukis, pasti yang dibuat adalah gambar gunung. Padahal pemandangan bisa apa saja. Seperti setumpukan gelas yang terlihat indah dll. Ini karena guru mereka ketika mencontohkan gambar pemandangan, yang digambar adalah GUNUNG. Begitu saja teruuuuus”.

Hingga pada akhirnya gue menawarkan guru itu unutuk mengajar di Perpustakaan dan dia setuju. Belajar bersama, pada awlanya gue berpikir ‘PR merupakan beban bagi setiap pelajar. Gue selama mendapatkan PR pasti terbebani, karena tidak selalma gue itu mengajar di kelas bisa dipahami oleh gue (gue rasa semua orang begitu)’. Makanya gue membuat kegiatan belajar bersama untuk semua pelajar yang memiliki PR dari sekolah dan tentunya didampingi oleh seseorang untuk bisa membantu mereka. Tapi semua tidak ada yang berjalan. Entah apa sebabnya ?

Bulan depan genap satu tahun Perpustakaan ini berdiri, dan gue gagal. Setelah dipikir-pikir, kesalahan terbesar yang gue lakukan adalah gue salah, seharunya membangun dahulu jiwa orang-oang yang akan menjalankan perpustakaan ini baru membangun raganya. Seperti didalam lirik lagu Indonesia Raya “Bangunlah Jiwa, Bangunlah raganya”.

GUE GAGAL DAN SEKALI LAGI GUE MENGAKUI ITU… !!


Ditahun kedua, gue akan melakukan hal-hal yanglebih gila lagi untuk bisa menjalankan Perpustakaan ini. Dan gue akan sombong kepada orang lain atas apa yang telah gue buat. Karena kalau tidak begitu, gue akan terus di injak oleh orang lain atas apa yang telah gue lakukan.

Gue tahu itu susah, tapi pasti bisa… !!

Tahun kedua, gue datang.

{ 2 comments... read them below or Comment }

  1. Halo mas Hary salam kenal..
    Boleh diceritakan bagaimana pendanaan di Teras Baca nya?

    ReplyDelete
  2. Hallo! salam, juga.pendanaan Perpustakaan Teras Baca sampai sekarang masih dari kantong-kantong pribadi. dan, sesekali ada aja yg memberi. :)

    ReplyDelete

- Copyright © Kangmas Harry - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -