- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Libur Panjang Mahasiswa
Berawal dari curi pandang, kemudian pendekatan tapi, tidak berakhir jadian.
Layaknya cinta pertama, ingin dipertahankan saat awal jumpa tapi, takdir tidak berkehendak demikian.
Pagi ini aku terasa hampa. Tanpa koran, tanpa nasi uduk dan
gorengan, juga tanpa wanita yang sering lewat depan rumah lalu melempar
senyuman.
Minggu ketiga liburan semester genap membuat aktivitasku berubah
hampir 180derajat. Biasanya pagi buta sudah bangun, tapi sekarang
mataku malah yang buta ketika bangun siang. Perih.
O ya, biasanya aku sudah bangun setelah mendengar adzan subuh
berkumandang, tapi selama liburan, aku terbangun oleh laporan lalu
lintas dari radio yang lupa dimatikan. Kabarnya-pun sama: Macet.
Selanjutnya, tentu mendengar itu aku senyum-senyum saja dan
membayangkan aku ada di antara orang-orang yang terjebak macet di sana.
Koran pagi langgananku sudah ludes terjual. Memang masih bisa
dibeli di loper koran lainnya, tapi koran yang sama tak lagi aku bisa
bertemu denganmu yang kerap lewat di depan rumahku.
Itu aku akui sesaat setelah senyummu kau lempar dan membuat kotoran yang menempel di mata runtuh, berceceran di jalan.
Mestinya pagi itu juga aku beli nasi uduk dengan dua tempe goreng.
Murah, cuma lima ribu dan perut kenyang. Sekarang, lima ribu hanya bisa
aku belikan dua mie instan dan dua saus sambal sachet. Selanjutnya aku
berlama-lama di kamar mandi karena perut sakit.
Liburan panjang…. Ah, sebenanrnya aku senang dan tidak lagi
memikirkan tugas bertumpuk yang minta diselesaikan. Tapi, apalah
artinya liburan jika tidak melihat kau yang melempar senyuman?
Libur panjang…. Ah, mandi sepertinya sudah jadi cerita dongeng malam.
Nasib mahasiswa semester awal yang menikmati liburan panjang
tak-ayal seperti pengangguran. Ingin jalan-jalan, tapi tidak punya
uang. Ingin melamar kerja, tapi terpentok kontrak dengan perusahaan.
Ingin meyapamu setiap pagi, tapi sudah kesiangan. Lebih baik aku
selonjoran di kamar menunggu pagi datang.
Mudah diduga bahwa kebanyakan mahasiswa semester awal mengalami
keadaan yang aku alami sekarang. Kalaupun ingin nongrong keluar, pasti
ke tempat-tempat yang minim akan jajanan. Kadang-kadang, sih, pergi ke
mal, itu juga cuma lihat agenda film bulanan. Nontonnya kalau tidak
nunggu DVD bajakan atau minta download-an teman.
Kisahku dulu, saat jadi mahasiswa semester awal. Perjumpaan dengan
liburan tidak semanis ucapan dosen ketika UAS sedang berjalan. Kini aku
telah jadi mahasiswa tingkat akhir yang akhir-akhir ini belum
memikirkan skripsi. Tapi, aku tetap menyukainya, liburan panjang dan
jadi pengangguran. Inilah warna ketika jadi mahasiswa. Setiap mahasiswa
menunggu liburan, tinggal dimanfaatkan aja. Layaknya cinta.
Perpustakaan Teras Baca, 25 Juli 2013