- Back to Home »
- Lari dan Lari »
- Lari Tanpa Henti [1]
Sejak kecil, aku suka melihat orang berlari. Berlari itu pindah dari
titik ke titik lainnya dengan cepat, seperti kilat. Layaknya penjahat.
Buktinya dalam film action, aku lebih suka melihat penjahat daripada
jagoan. Kenapa? Karena penjahat terus berlari. Jika sedang terdesak,
Ia hanya bisa berlari tanpa berpikir sebentar untuk berhenti. Berlari
dengan cepat supaya bisa selamat. Lari dan berlari.
Banyak film yang aku suka dan tentu banyak adegan berlarinya, seperti:
Laskar Pelangi
Wuihh, aku sangat suka film ini dan hampir setiap adegan pasti
mereka berlari. Dari mereka aku belajar bahwa mimpi baru bisa direnggut
jika berlari dan tahu mesti dimana untuk berhenti. Bagaimana mungkin
ada sekolah Muhammadiyah bila Harun tidak berlari?
Sang Pemimpi
Aku suka film Sang Pemimpi, layaknya mengingat kenakalan semasa SMA
dan penuh duka kecewa. Mereka berlari karena mesti mengejar ucapan
gurunya, berlari mengejar Universitas Sorbonne di Prancis.
***
Kalian tahu? Hal tersulit adalah menaklukan diri sendiri. Boro-boro
menaklukan, untuk menganalpun sulit. Jika berlari, Pasti merasakan ada
yang menyatu dengan diri sendiri. Mengenal batasan, sampai mengetahui
kemampuan demi bisa menaklukan. Hal yang paling menyenangkan dari
berlari adalah saling beradu balap dengan bayangan sendiri. Di sana ada
motivasi. Sesuatu yang mendorong agar terus berlari tanpa henti.
Berlari adalah olahraga paling murah. Tidak ada budget, namun menyehatkan.
***
Rabu sore di warung kopi.
Sebuah pesan singkat yang tidak akan pernah aku lupakan. Sebuah
tawaran untuk mengisi di acara Seminar Kanker Serviks. Tawaran pertama
sejak lahirnya sebuah komunitas baru stand-up comedy. Sejak saat itu
terjadi keseriusan untuk melanjutkan. Tanpa pikir panjang, aku ingin
melawan diriku sendiri. Dengan tantangan tentunya. Sejak kecil aku
percaya akan satu hal: keseriusan mesti dibarengi dengan tantangan.
Namun apa? Tantangan seperti apa yang mesti aku lakukan?
Saat itu yang sedang ramai di kampus adalah 'Bike to Campus'. Dan
aku tahu, itu tidak akan berjalan lama. Sudahku duga. Aku mulai
berpikir, naik motor ke kampus … hampir setiap hari; naik angkutan umum …
sudah juga; ke kampus dengan sepeda … pernah, walaupun boleh minjem.
AHA!! Ke kampus jalan kaki? Belum. Aku pernah baca di salah satu surat
kabar ada seorang kakek berjalan kaki dari Malang ke Jakarta demi
menuntut keadilan. Aku juga bisa, dari rumah ke kampus demi melawan
tantangan. Formatnya saja yang sama namun kontennya berbeda, dia
menuntut keadilan dan aku melawan tantangan. Seperti stand-up comedy.
Selasa, 5 Juni 2012
Selasa pagi, pukul 05:05am
Sudah saatnya aku berlari, dari rumah menuju kampus …
Perpustakaan Teras Baca, 16 Juli 2013