- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Dear, Diary ... Sincerely, Harry …
Dear, Diary…
Jika aku ingat kemarin, rasanya sebal.
Bagaimana tidak, apa yang aku lakuin hari itu (Kamis, 11 Juli 2013) bisa
dihitung dengan sebelah jari. Mari.
Dear, Diary … Ke bengkel, …
Motorku
serasa kakek-kakek renta yang dipaksa untuk sholat di lantai dua masjid
raya. Bisa tapi, tergopoh-gopoh. Bila dipaksa terus berjalan,
kelamaan aku yang akan jalan bersama motorku. Menggandengnya.
Sekitar
jam tujuh pagi, aku mengantar papah ke stasiun bojonggede dengan motor.
Pulangnya, aku bawa langsung ke bengkel. Dengan harapan dapat nomor
urut depan. Ternyata benar, ini bisa kejadian, karena baru seorang
cleaning servis menggotong ember berisi air sabun. Aku menunggu.
Kadang, sesekali mengintip pekerjaan Cleaning Servis, ternyata, mengepel
itu tak semudah menjalankan tamiya. Tinggal geser, langsung jalan.
Mengepel itu mesti bolak-balik ditempat yang sama dan mesti bisa
memastikan bahwa lantai ketika selesai di-pel sudah bersih.
Aku masih menunggu.
Satu
per-satu orang datang, para montir berseragam menysul belakangan.
Namun, di mana admin yang menjaga tempat pendaftaran? Masih juga belum
datang. *murung*
Seorang ibu-ibu berkerudung datang yang
kemudian belakangan aku ingat, Ia adalah wanita yang pernah aku tabrak
karena ulahnya ugal-ugalan di jalan. *tidak perlu aku ceritakan di
sini*. Aku mendaftar duluan, karena memang aku yang datang lebih awal
daripada yang lain, mereka belakangan. Jika tidak percaya, boleh tanya
Cleaning Servis yang sedang berjalan di seberang.
Motorku
dibawa oleh seorang montir yang --aku kira umurnya tidak jauh dariku--
mengenakan seragam serba Honda dan sepatu khas para pekerja.
Oprak-oprek-oprak-oprek, montir nanya, "Mas, ini mau diganti?"
#DamnSitLol pertanyaan bodoh ketika masih pagi itu seakan menanyakan,
"Mau ngapain pagi-pagi ke kamar mandi?" Jelas dong diganti, namanya
juga lagi dibengkel. -_-*
Singkat cerita. Aku adalah
konsumen nomor urut satu, dan sampai semua orang yang datangnya
belakangan selesai diperbaiki, hanya tersisa aku dengan para kurcaci
montir di sini. Memerlukan waktu empat jam untuk menyelesaikan. Waktu
yang Terbuang, mungkin tepat untuk sebuah Mega Sinetron yang tayang
diwaktu petang.
Dear, Diary … Pergi ke Kampus,…
Aku
punya janji jam satu, tapi karena banyak yang terbuang waktuku
dibengkel itu, aku terlambat. Aku benci terlambat. Niatnya pingin
gathering malah cuma obrolan garing. Kenapa? karena aku terlambat. Apa
akibatnya? obrolan jadi ke sana-ke mari.
Sedikit yang bisa tersampaikan karena terbatas oleh waktu menjelang petang. Aku mesti pulang.
Kalian
tahu, ternyata hujan tak selamanya indah seperti pelangi saat datang.
Aku menerobos hujan supaya bisa sampai di rumah tidak terlambat. Di
langit, ada petir yang disertai kilat. Hujan semakin membabi-buta para
pengendara, aku berteduh di salah satu kedai bakso. Penjualnya tidak
seramah layaknya ingin menawarkan barang, jadi aku hanya memesan lalu
melanjutkan perjalanan menerobos hujan.
Aku baru ingat,
namanya bakso itu kuahnya panas. Dan bakso yang tadi aku beli disimpan
di dalam tas. Punggungku kepanasan tapi, perjalanan masih lumayan
panjang.
Dear, Diary … Ke Warnet Tutup,…
Waktuku
tidak banyak untuk bisa menyelesaikan hari ini tanpa posting satu-pun
tulisan di blog. Padahal aku sudah membuatnya dan disimpan dulu di
Notes pesbuk. Maklum, tidak selamanya aku terkoneksi dengan jaringan
internet.
Benar, #JuliNgeblog #Day11 sudah aku persiapkan
sedari kemarin. Aku-pun sadar, tidak mungkin ke warnet di saat taraweh.
Tidak sopan. Yasudah, sembari nunggu yang sekitar jam 9malem, aku
habiskan baca-baca timeline orang. Dari sana, aku tahu akan satu hal,
ternyata SPG tidak ada yang jelek. Bukan berarti aku bilang kalau kamu
cantik, yah. Itulah kenyataannya.
Sudah jam 9malam, warnet sudah tutup. Juaaaaaancuk.
Sincerely, Harry …
Perpustakaan Teras Baca, 12 Juli 2013