- Back to Home »
- Prosa »
- Gus Dut
Gus Dut (Pria BanGUS Berbadan GenDUT)
dari sini
Tambun perutnya,
sipit diselah matanya,
entah penyakit atau sebatas gaya.
Tidak ada yang paham maksudnya,
mungkin hanya dirinya,
hatinya,
juga bayangannya.
Dan Tuhan? meng-iya-kan saja.
Belajar dan belajar.
Semasa hidup dihabiskan untuk belajar,
hingga dirinya dijadikan barometer para pengajar.
Kepintarannya…
tidak perlu diragukan.
Perbuatannya…
patut dijadikan acuan.
Senyumnya…
sumringah tak tertahan.
Keputusannya…
kontroversial hingga mengganggu pemilik kepentingan.
Tertawa adalah jawaban.
Entahlah, untuk apa engkau di tanah ini?
Cibiranlah kerap didapat
dari mereka yang merasa susah berpendapat
Engkau, tidak membuat fondasi kuat
supaya bisa menompang gagasan-mu,
aktivitas-mu,
sampai sebuah artefak buah tangan karya-mu,
menyadarkan orang-orang tersesat.
Di negeri semacam ini, dimana tingkat pendidikan masih rendah.
Engkau seperti ikan teri di pusaran ombak. Kecil, tapi ada di antara pusaran besar yang bergolak.
Berkeliaran tak beraturan.
Disetiap tindakan dapat dilakukan
tanpa perlu dianalogikan.
Disetiap ucapan dapat ditelan
tanpa perlu dipikirkan.
Engkau memperlihatkan sungguh sederhana.
Dipojok ruangan, Engkau bersandar.
Dinding dijadikan tumpuan, lalu muncul gagasan liar.
gagasan liar? …
Engkau berucap, "Aku akan jadi pemimpin, pemimpin untuk rakyat di tanah keramat."
Gelak tawa membahana seisi ruangan.
Bahkan ada yg terkencing-kencing karena tak tahan.
Tertawa karena sebuah gagasan,
memang konyol, mirip sebuah guyonan.
Bumi gonjang ganjing, langit kelap kelip.
Kini, engkau telah menjadi pemimpin,
dulu orang menertawakan dan sekarang diam.
Diam tak percaya karena gagasan telah jadi kenyataan.
hanya satu,
tidak,
ada banyak orang senang tanah keramat ini Engkau pimpin.
Ditulis ulang di Perpustakaan Teras Baca, 23 Juli 2013