- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Biodata Dalam Diary
Dihadapan HRD, aku tertunduk. Lupa mengingat apa yang menjadi hobiku
sendiri. Hobi? Aku hanya tahu hoby dari buku diary--tepatnya biodata
diri-- semasa masih sekolah dasar. Disana aku menuliskan, "Hobi:
Ngerjain PR setiap hari biar gak dihukum guru."
Bagiku, hobi adalah kegiatan yang selalu rutin dilakukan, seperti
ibadah mungkin. Namun, tak etis saja menulis ibadah di biodata diri.
Segala bentuk yang kita yakini memang tak perlu lagi ditulis. Jadi, aku
sedikit kurang setuju bila di kartu tanda pengenal dituliskan 'Agama:',
untuk apa ditulis? Toh, jika sedang terkena musibah tidak perlu
membedakan agama yang diyakini dahulu untuk membantunya. Dasar bodoh.
***
"Jadi, apa hobimu?" HRD kembali menanyakan yang sama.
Aku masih belum bisa menaikan kepala untuk sekedar melihatnya. Jujur, aku masih bingung mesti menjawab apa.
"Apa kamu tidak memiliki hobi?"
Sekali lagi belum bisa satupun pertanyaan yang bisa aku jawab.
Andai itu soal matematika, pasti sudah habis aku lahap. Semisal aku
jujur padanya (baca: HRD), pasti hanya jadi bahan tertawaan. Atau hal
terburuknya, diusir secara tidak terhormat dari dalam ruangan. Apa yang
mesti aku lakukan? Aku ingin bekerja sekarang.
"Hobiku … "
"Ya, apa hobimu?"
"Eum,… Hobiku adalah mengerjakan PR. PR apapun pasti aku selesaikan."
"PR? Pekerjaan Rumah?"
"Benar, pak. Saya selalu mengerjakan segala tugas dan pasti saya
selesaikan. Hobiku tidak seperti yang lain, bermain sepak bola,
memancing atau yang lain-lain. Saya bisa melakukan semua tapi, ketika
sedang saya lakukan mesti saya selesaikan. Tidak setengah-setengah."
"HAH!!"
"Maaf jika jawabanku tidak sepikiran, pak."
***
Sudah akhir bulan, saatnya gajian. Ini adalah tahun ke-tiga aku
bekerja di perusahaan yang dulu membuat aku lama menunduk ketika ditanya
sebuah pertanyaan dan aku jawab dengan tidak masuk akal. Tapi, aku
bisa bekerja di sini karena sebuah kejujuran yang aku lakukan.
Perpustakaan Teras Baca, 13 Juli 2013