- Back to Home »
- Prosa »
- Tanpamu, Rindu Gerecoki Kamarku
Posted by : Harry Ramdhani
January 22, 2014
Ular besi delapan gerbong telah tiba.
Inilah perpisahan kita
yang akan menyiksa. Kekasih, ingat itu,
aku tak lagi tahu kapan bisa menjumpaimu.
Aku tak ingin pulang, karena rindu
sudah terlebih dulu sampai di kamarku.
Itu kamar kita, tempat birahi mengerang
ketika lampu remang mengisi ruang.
Ranjang dan selimut kesepian,
tak ada lagi dua manusia telanjang badan
yang sembunyi menikmati malam.
Sebab biasanya, di luar hujan
enggan berhenti seliweran.
Bolak-balik, mengawasi kita di dalam
yang tengah panas; birahi dipanggang di atas ranjang.
Kita tahu, bila rindu sudah terlebih dulu
tiba di depan kamar, maka siapa yang siap membukakan pintu?
Malaikat sedang sibuk mencatat amal baikmu dan Tuhan ragu
; apakah rindu kuat ditinggal sendiri, di kamar tanpa kau di situ?
andai kau masih di ranjang, tidur terlentang,
mungkin rindu senang, kekasih.
Dan, tak lagi akan gerocoki malam-malam
bila nanti turun hujan. Aku pun ketakutan.
Kau pergi tanpa kenakan pakaian dalam,
karena punyamu masing nyangsang
di antena radio kesayangan
; yang sering leburkan suara kita dengan volume musik yang dikencangkan.
Tanpamu, rindu gerocoki kamarku.
Pondok Senja, 20 Januari 2014
gambar: dari sini