- Back to Home »
- Prosa »
- Pada Akad, Pilu Mulai Merangkak
Posted by : Harry Ramdhani
January 19, 2014
"Selamat menempuh hidup baru, kamu."
"Terimakasih sudah menyisihkan waktu untukku."
hari ini tepat jam sembilan pagi,
di langit yang kurang cerah
hatiku mencoba tabah
dari semua saksi yang nanti
akan serentak mengucapkan, "Sah"
ini ialah tindakan nekadku
yang rela hadir di akadmu,
meski kutahu, kesedihan dan keikhlasan
bak dua gunung kembar di buku bergambar pelukis kenamaan.
jika hidup seperti Yin dan Yan,
maka, musti ada kesedihan dan kebahagiaan
ketika nanti, di resepsi pernikahan.
aku yang bersedih
dan kau, yang berbahagia.
adilnya cinta
; berimbang antara satu dengan lainnya.
Jakarta yang sedang menjelma lautan
hari ini, airmataku banjir di penampungan relung hati terdalam,
tapi tetap kupaksakan
meski pahit menerima kenyataan
menjumpaimu di kursi pelaminan.
tepat di atas meja makan, kubaca
"Selamat Menikmati"
tapi, apa yang bisa aku nikmati
bila nyatanya hati terasa nyeri?
pada akad pertamamu (dan mungkin ada akad selanjutnya denganku), ada harap
pilu mulai merangkak. perlahan. saat dahaga
pun berhenti sejenak; menenggak airmatanya
dipanjatkan doa-doa juga restu pada kalian berdua. kubelajar menerima
barangkali tabah bisa menerka
kesedihan dikala getir yang setia.
Rumah Bang Rikfi, 19 Januari 2014
gambar: dari sini
tulisannya bagus2 kangmas :D
ReplyDelete