- Back to Home »
- Prosa »
- Sebut Saja: Aku, Mawar
Posted by : Harry Ramdhani
October 29, 2013
Andai, segepok uang cukup untuk makan,
mungkin tidak ada wanita-wanita di pinggir jalan
: menjajakan diri, menjual badan,
demi menjadi tulang-punggung keluarga dan mertua.
Andai, birahi bisa dikendalikan,
mungkin tidak ada wanita-wanita duduk manis di bawah lampu remang
temani lelaki hidung belang 'tuk penuhi hasratnya semalaman
dari matahari terbenam sampai bulan tenggelam.
Aku tak lagi bisa lari,
jalan pun lemas, selepas keramas melayani mas-mas
yang haus akan dilayani dini hari.
apa ini keputusan Tuhan; takdir?
sepanjang malam hanya bermain-main dengan lendir,
mengelap keringat dan desah para supir,
dan menata kembali rambut dengan sisir.
soal kinerja, aku berani taruhan dengan pejabat negara,
soal kepuasan, aku berani taruhan dengan lembaga survey kenamaan,
soal harga diri, aku pun berani taruhan nanti di hadapan Tuhan,
pastilah aku yang menang.
yang mengotoriku adalah sperma-mu,
bukan diriku dan perbuatanku;
karena aku adalah Mawar, wanita di bawah lampu remang,
Perpustakaan Teras Baca, 29 Oktober 2013
gambar: dari sini