- Back to Home »
- MELANKOLIA »
- lanjutan naskah 10
Siapa saya ? Aku hanyalah rekaan dari atas yang kau buat. Bahwa aku adalah hatimu dan kau adalah hatiku. Lalu, siapa mereka ? Mereka hanyalah makhluk hidup yang bergerak pada alat tubuh yang terkoordasi dengan kegitan tubuh lainnya. Ketika aku bertemu denganmu dalam gelap. Kau telah menuntunku menuju terang dari gelap malam. Hingga kau dan aku menuju sebuah ruang, ruang yang hampa. Tidak ada satupun orang, hanya kita berdua. Disana kau belah dadaku dan mengganti isinya dengan paku. Menghisap pikiranku sampai memory terhapus. Terkunci mulutku dan menjereit terbersit. Karena setiap lembar yang kau buat mengalir berjuta cahaya. Karena setiap aksara yang kau buat membuka jendelela dunia. Kata demi kata yang kau buat mengantarkan fantasi, tetapi habis sudah. Bait demi bait yang kau buat telah memicu anastasi tetapi hangus sudah. Kau hilang, Rinduku seteguk pasir, hari demi hari berganti. Yang ditinggal takakan pernah hilang dari pertanyaan, kapan pulang ? Memang, aku pernah berkata bahwa aku suka hujan. Kareana aku percaya dibalik awan hitam ada yang bernyanyi dan berelegi. Dan aku-pun percaya ada yang menerangi disisi gelap ini, menanti seperti pelangi yang setia menunggu hujan reda. Tapi lihatlah, kini hujan marah. aku bujang pasir sendiri disisi jemari, yang sedih dan letih. Seperti vena yang membawa darah menuju jantung. Terus dan terus, menumpahkan tangis dari sisi gelap lainnya. Rintis konyol berubah. Debu kosmik hujan resah. Kau tahu wajah bumi ketika itu, menangis. Aku memang pergi ke hutan seperti kata Khalil Ghibran. Karena sebelah mataku mampu melihat bercak adalah sebuah warna mempesona. Membaur suara-suara dibawanya kegetiran, memang sedikit asing terdengar. Tapi sebelah mataku, yang lain menyadari, bahwa gelap adalah teman setia dari waktu-waktu yang hilang. Apakah ini yang disebubt dengan Emansipasi wanita ? Wanita yang selalu merasa tertiindas oleh perlakukan para laki-laki berotak beringas. Dimana wanita hanyalah obyek bukan sebagai subjek. Aku sadar kini kau berada dijaman modern, kau menerima pendidikan modern yang dapat mengubah pandangan hidup. Dimana kini kau mampu memisahkan apa yang baik dan apa yana kurang sesuai. Bahwa seorang wanita-pun memiliki hak yang sama seperti pria. Aku meraba teksture kemudian melahirkan gesture. Kini hidupku terasa begitu lentur. Berjingkakpun tidak teratur seperti melantur bagai seorang ballerina. Tapi aku sadar, seperti apa itu jatuh cinta ?ya, jatuh cinta itu biasa saja. Aku tahu, Kita berdua hanya berpegangan tangan, tak perlu berpelukan. Aku tahu, Kita berdua hanya saling bercerita, tak perlu memuji. Aku tahu, Kita berdua tak pernah ucapkan maaf, tapi saling mengerti. Biarkan semia terjadi. Tersungkurku disisa malam, bersandar direndah gairah, puisi yang romantis yang menetes dari bibir. Murung itu sungguh indah, karena melambangkan butir darah. Biarkan semua terjadi. Menikmati kegundahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi. Kelesuan ini jangan lekas pergi, karena aku menyelami sampai lelah hati.