- Back to Home »
- #SeptemberNgawur »
- Melumat Hujan
Posted by : Harry Ramdhani
September 08, 2013
Ketika matahari diperintahkan pergi oleh Tuhan, Ia langsung mengumpat di
balik awan. Awan gelap dan resolusi cahaya mulai bermunculan dari atas
sana.
Hujan turun…,
Ada yang bersembunyi ketka hujan, tubuhmu tanpa sehelai benang. Di dalam selimut kau mengemut permen yang rasanya kupikir kecut. Pasti kecut, karena ketika kau tertidur pulas, aku sedikit iseng untuk menaruh lolipop di ketiak.
Aku tahu, kau adalah penikmat permen, makanya itu kulakukan. Sekedar iseng. Itu juga supaya kau sadar, apapun yang kau tidak selalu mempunyai rasa sama. Hari ini manis, tapi mungkin besok asin atau pahit. Kau terkena virus manis cinta. Yup, hanya itu yang dirasa.
Tapi kau tidak memperdulikan. Permen itu masih kau emut. Sambil ketakutan oleh suara petir yang membuat jantung ciut.
Aku hanya bisa memelukmu agar kau tak terlalu takut, tapi tetap saja permen yang di-emut. Padahal, seluruh kulitku tidak kalah kecut dengan yang kau emut.
***
"Ada aku yang akan melindungimu dari suara petir yang menakutkan," bisikku pada telinga kirimu, "Dari derasnya hujan yang mungkin telah menggenang dibawah ranjang."
Permen di mulutmu telah habis. Kau mulai mengemut sebagian tubuhku, melumat semua yang terasa kecut. Aku keenakan dan kau makin tak karuan. Kau angggap punyaku adalah lolipop.
Sore yang terguyur hujan cukup deras.