- Back to Home »
- Prosa (100kata8) »
- Luapan Kesedihan
Adakah yang paling sedih daripada tidak bisa mengantarmu pulang ke stasiun terakhir?
Aturan? Hah! Kini hubungan kita terhalang aturan, bahkan saat perpisahan. Ternyata bukan sekedar perbedaan keyakinan.
Aku kurang paham pada mereka, pembuat aturan, yang melarangku
dekatmu di peron, di mana tempat perpisahan dan pertemuan tampak serupa.
Meski dengan apalagi aku luapkan kesedihan ini?
Kenapa aturan meski diselimuti Undang-Undang? Apa mereka tak pernah
rasakan kehilangan? Apa mereka tak pernah bertemu rindu? Apa hati mereka
terbuat dari batu?
Tanpa lambaian tangan, tinggal air mata mengembun di jendela. Dari
perlintasan kereta, aku tunggu kau lemparkan senyum terakhir sebagai
tanda pertemuan kita nanti.
Hati-hati di sana.
Perpustakaan Teras Baca, 1 Agustus 2013