- Back to Home »
- OBSET »
- Product Saying
Untuk mendapat 'hasil' dengan mudah, membandingkan adalah caranya.
Kadang, Aku mengamati ini ke arah yg negative. Entah, alasan yg
tepat apa ? yg jelas, membandingkan merupakan cara terendah.
Sebenarnya, masih bisa mendapatkan 'hasil' secara maksimal tanpa mesti
membandingkan seperti menganalisis atau yg lain. Membandingkan antara
satu dengan yg lain biasanya akan mendapat 'hasil' seperti 'lebih baik
ini daripada yg itu'. Semua memiliki kelebihan dan semua memiliki
kekurangan.
Aku jadi ingat, tahun lalu, saat peringatan World Environment Day,
Aku berjalan kaki dari rumah ke kampus yg berjarak hampir 65 kilometer.
Pada waktu yg bersamaan, hari iru merupakan job stand-up yg Aku terima
(walaupun cuma-cuma… bayarannya) di Seminar Kanker Serviks.
Bukan berjalan kaki dari rumah ke kampus yg ingin Aku ceritakan tapi, keberlangsungan Seminar Kanker Serviks-nya.
Acara molor satu jam. Tidak masalah, karena Aku masih lelah.
Dimulai dengan beberapa basa-basi seperti sambutan ini-itu, acara
dimulai. Seminar berlangsung seru, mungkin ini kali pertama Aku
merasakan peserta seminar yg begitu antusias terhadap 'isi' seminar
daripada sertifikat yg nanti akan diberikan.
Aku, di sana sedikit canggung. Tentu saja karena ini seminar Kanker
Serviks. Jadi, Kanker Serviks adalah kanker pada mulut rahim
perempuan. Damn. Sebagai lelaki yg telah menerima tawaran stand-up,
maka Aku bersikap profesional karena memang tidak ada yg salah.
Lama, sungguh lama karena antusiasme yg dibangun oleh penyaji
seminar bisa menarik perhatian peserta seminar. Dimulai dengan telat
dan acara jauh dari kata sepakat.
Tunggu dulu. Selain penyaji dapat membangun perhatian dari peserta,
ternyata komunitas tersebut (sekalian) menjual produk. Setelah mereka
menyajikan betapa mengerikannya perempuan bila (amit-amit) terkena
penyakit Kanker Serviks, maka diakhiri dengan demo pruduk. Ini seperti
di arisan ibu-ibu RT tiap bulan.
Hal terpenting untuk tidak terkena Kanker Serviks, menurut mereka
(baca: penyaji seminar) adalah penggunaan pembalut. Yup, ternyata
banyak pembalut yg beredar di pasaran itu berpotensi terkena penyakit
tersebut. Mengenaskannya saat Ia meminta peserta seminar yg
notabene-nya perempuan untuk mengeluarkan pembalut yg dibawa. Damn,
saat ada salah seorang menyerahkan pembalut seperti polisi yg pasrah
meyerahkan senjata andalannya kepada perampok. Dengan segala hormat,
itu menjijikan. Tapi, ini dia kejekannya orang saat menjual produk,
membandingkan antara pruduknya dengan produk lain. Di satu sisi Ia
menjelek-jelekan produk lain dan membanggakan produk sendiri. Saling
menjatuhkan.
Dalam product salling memang banyak terjadi hal demikian. Inilah yg
mengakibatkan bisnis di Indonesia 'kotor'. Melihat hal demikian,
seperti membandingkan 'Uang' dengan 'Tuhan'.
Jika memang ingin bersaing, bersainglah dengan sehat. Keputusan
akhir ada ditangan konsumen tapi, jangan meyakinkan dengan cara
menjatuhkan. Biarkan keunggulan produk yg bicara sendiri dan
konsumen-pun akan memilihnya untuk membeli. Product Saying, jarang
diterapkan oleh pebisnis di Indonesia.