- Back to Home »
- #PekanAnyamanHUJAN »
- Kesepian dalam Kesunyian
Aku berdiri dalam gelap. tersungkur dalam keheningan malam. berlarian dalam pikiran. terkapar oleh angin liar.
Aku melihat tiga bintang berdekatan. Bentuknya mirip anak panah
sedang meluncur bak deburan ombak. Meluncur, memecahkan malam,
meleburkan dingin malam, menghancurkan dinding keterpaksaan perasaan.
Aku masih kesepian. Sepi ini menerkam sampai dalam. Sakitnya mencuat
dari raut muka yg sudah pucat. Lukanya tak berbekas bagai tapak kaki di
pantai lepas. Terbawa ombak tanpa mempedulikan akan kemana bertepi
kelak.
Daun kering,
batu kerikil,
bungkus rokok,
sampai bunga mawar berduri enggan menemaniku dalam kesunyian.
Peribahasa lama, 'Manikam telah menjadi sekam', sesuatu yg tidak
berharga lagi. Jika dijaga akan tetap bernilai, tapi jika dibuka sudah
tak bernilai.
Sepi membuatku kalap. Sunyi membuatku ingin bernyanyi. Angin malam
bersiul ketika bertabrakan dengan daun didahan. Langkahku bertinjak di
atas aspal. Menembus malam hingga gerbang kesunyian.
Tiga jam lagi tugasku selesai. Cahaya lampu jalan masih setia menemaniku.
Embun diatas rumput sudah mulai bermunculan. Ayam-pun sudah siap
membangunkan. Matahari perlahan memperlihatkan fajarnya. Tidak seperti
putri malu yang menguncup ketika dikecup.
Satu per-satu lampu tengah didalam rumah menyala. Tapi tidak
meyadari, masih ada orang kesepian di luar. Bunyi mesin air terdengar
bagai air terjun. Masih tidak menyadari, ada orang sedang bermain dalam
sunyi.
Aku, seorang penjaga malam. Kesepian dalam kesuyian.