- Back to Home »
- Prosa »
- Sepotong Sajak, Puisi yang Abadi
Posted by : Harry Ramdhani
October 07, 2014
buat: Arin Octavianne
/1/
Pada pagi di hari ulang tahunmu, aku sembunyi
di arloji kesayangamu. Di dalam sana
aku hanya ingin melihat seberapa lama
dan kuat
aku mampu membahagiakanmu.
Ayin kecil yang dulu aku kenal, yang suka sekali berlarian tanpa baju itu,
kini tengah menjelma kupu-kupu dengan sayap yang indah
seperti bidadari. Padahal dulu, Ayin kecil ingin sekali
menjadi peri, bukan bidadari.
Bagi Ayin kecil, peri suka menolong, namun bidadari suka menyolong.
Rindu dan cinta suka diambilnya diam-diam.
Tapi, bagiku,
sampai kapan pun ia akan tetap jadi Ayin kecilku.
Ayin kecil mencariku kesana-kemari. Keringatnya keluar banyak,
besar-besar, sebesar biji-biji jambu.
Hampir Ayin kecil menangis, tapi tiba-tiba
arloji itu berbunyi. Setiap pukul 11:11,
dengan pelan menyenandungkan nada-nada riang. Ayin kecil senang
mendengarkan senandung itu berulang.
Di dalam arloji itu kupingku pengang,
serasa ingin mematahkan tiap bagian arloji agar diam.
Ayin kecil akhirnya tertidur. Pada siang di hari ulang tahunnya
matahari tampak bersahaja: tidak terik seperti biasanya,
dan sinar yang memancar seperti keriangan Ayin kecil yang tak pernah pudar.
/2/
Jauh sekali senja tiba di timur kesunyian. Ayin kecil baru terbangun
rasa-rasanya tadi ia mimpi indah. Mimpi diberi hadiah
sebuah puisi oleh seorang yang ia kenal sedari dulu. Tapi mengingat mimpi itu
Ayin kecil merasa sedih karena belum juga ia menemukannya.
Aku masih sembunyi di dalam arloji.
Ayin kecil duduk di depan cermin. Melihat matanya
yang bengkak, melihat dunia halusinasi pada cermin
yang belum juga terkuak.
Tak tega melihat Ayin kecil, aku beranikan keluar
dari dalam arloji untuk berjihad melawan masa lalu.
/3/
"Buatkan aku sepotong sajak saja, sebuah puisi
yang lebih abadi dari luka dan duka,
lebih syahdu dari syair penyair terdahulu,"
Aku tulis puisi ini dilembar daun jati yang kering:
"I miss you. Everlasting you do."
Ayin kecil tersipu. Lalu senja lamat-lamat turun perlahan.
Dan aku, serta-merta dibawanya menjadi siluet kemerahan
sampai senja dan aku pun selamanya menghilang.
Bogor, Oktober 2014