- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Yang Tiba-tiba Datang, Yang Tiba-tiba Hilang
Posted by : Harry Ramdhani
January 25, 2015
Malam itu semestinya seperti malam-malam yang biasa: bekerja
di ruangan yang ukurannya cukup besar, menjaga –atau, mengobati kalau boleh
meminjam istilah atasan saya– puluhan artikel yang masuk, dan sendirian
tentunya. Tapi entah mengapa, ada yang berbeda setelah seorang satpam datang
memeriksa ruangan saya.
Padahal pertanyaannya ditiap malam selalu sama, “ada berapa
orang, Mas?” Namun karena basa-basi itu perlu, sebelum menjawab pertanyaannya
saya tawari dulu satpam itu teh manis yang baru dibuat. Dua orang, saya jawab
kemudian. Sebab beberapa menit yang lalu saya masih lihat ada satu orang yang
baru mengisi minum dari galon di pojok ruangan. Entah siapa. Saya tidak pernah
bisa mengingat orang dari wajahnya –saya baru bisa ingat seseorang dari sepatu
yang dikenakannya. Lampu ruangan itu pun belum dimatikan. Satpam itu menghapiri
ruangan tersebut dan saya kembali melanjutkan pekerjaan.
Seingat saya kejadian itu sekitar pukul 01.00 WIB. Satpam
tadi datang lagi ke meja saya dengan wajah bingung.
“Ah, gak ada orang, Mas,”
“Masa?” tanya saya, “barusan ada yang ngambil minum, kok,
Pak. Barusan banget sebelum bapak datang,”
“dia lagi iseng kali.”
Dan satpam tadi meninggalkan saya. Bukan hanya saya, tapi ia
juga meninggalkan kata ‘dia’ sebelum pergi. Dia. Siapa?
Malam perlahan pergi, lalu datang dini hari. Ruangan saya
makin sepi. Sunyi. Musik pun saya nyalakan dengan volume yang lumayan keras.
Pada tengah ruangan saya, televisi saya biarkan tetap menyala. Sebenarnya ingin
saya matikan, tapi berhubung bentuk televisi itu aneh: tidak ada tombolnya dan
layar semua. Jadilah saya tidak tahu bagaimana cara mematikannya.
Menjelang pukul 03.00 WIB, barulah keanehan yang lain
datang. Secara tiba-tiba ada yang mengganti tampilan artikel. Entah siapa,
ketika saya tanya di chat group malah dijadikan bahan ledekan. Saya mencoba
baik-baik saja, seperti tidak terjadi apa-apa.
Saya penakut, tapi untuk hal-hal seperti itu saya tidak
takut. Bagi saya, dia adalah teman.
Analoginya sesederhana begini: teman tidak akan menggangu temannya sendiri.
Saya menggangap dia teman, dan begitu
sebaliknya. Makanya saya selalu biasa-biasa saja kalau lewati jalan atau tempat
sepi.
Tapi baru kali itulah saya jadi sering bolak-balik keluar
ruangan. Duduk di luar. Melakukan apa saja: baca koran, baca buku, membuat
kopi, turun-naik (tanpa keluar) lift.
hhahaha sedap banget ni bang, keep up the good work yee
ReplyDelete