- Back to Home »
- #NovL »
- Takut Dikutuk
Posted by : Harry Ramdhani
November 07, 2013
Malaikat enggan menegur orang yang sulit bersyukur, padanya Ia berikan kotak pandora
yang di dalamnya hanya ada kesedihan dan penderitaan.
INI bukan kutukan. Bukan pula sandiwara disebuah pementasan. Bahwa November memang hanya soal kesedihan. Kesedihan yang mungkin selalu diingat dan tak terlupakan. Terkadang menyesal pun rasanya percuma untuk airmata - airmata yang terlanjur menggenang. Itulah kenangan.
Malam-malam kuhabiskan di club bersama wanita-wanita yang berbeda. Entah ada apa? Mungkin aku masih mencari wanita yang sama, yang bisa buatku terlena pada ciuman-ciuman yang memabukan. Aku merindunya.
Musiknya terlalu keras, aku tidak bisa dengar namanya dengan jelas. Novia atau Regina? Aku lupa. Yang aku ingat hanya pakaian dalamnya yang berwarna merah muda. Ia tampak cocok dan cantik kenakan pakaian dalam itu. Kulitnya yang putih, halus, dan mulus dengan lampu-lampu yang menyala warna-warni buatnya seperti bunglon. Nampaknya malam ini aku ingin dikelon.
"Bermalam di apartemenku saja," katamu.
Aku yang setengah sadar karena alkohol tadi, rasanya ingin tertawa mendengar itu. Karena ini hampir pagi.
***
Pukul 11:11 siang di apartemen
Aku terbangun tanpa pakaian sehelai pun. Di balik selimut, aku lihat Novia juga. Tanpa pakaian. Apa yang telah kulakukan? Aku lupa. Yang kuingat hanya pakaian dalamnya yang merah muda.
Novia masih tertidur pulas. Nampaknya alkohol telah buat kita berdua saling melepas pakaian selepas malam. Tubuhku pun tak sanggup untuk bangkit dari tempat tidur. Rasanya ingin mengulang dan mengingat apa yang kulakukan tadi.
Tidak adalagi ingatan-ingatan yang tersisa dari cerita semalam. Aku pun enggan untuk pulang.
"Kamu udah bangun, Ren?" matamu sayu memandangku.
"Ya, tapi kayaknya aku mau tidur lagi, deh."
"Mau tidur atau mau ditidurin?"
Ah…, tawarannya itu buatku malu sendiri.
Padahal ini sudah siang dan matahari pun sedang sibuk menghangatkan. Tapi untuk kali ini aku memilih dihangatkan oleh tubuh yang terlanjur tanpa pakaian di atas ranjang.
***
Apartemen semakin berantakan. Pakaian dalam berserakan di setiap sudut ruang. Lampu yang tetap menyala dan AC yang sengaja diatur lebih dingin dari malam ketika musim penghujan.
Novia sedang mandi. Wanita memang lama ketika mandi, ada saja yang dilakukan dari membersihkan setiap sudut badan sampai nyanyi-nyanyi layaknya di tempat karaoke-an. Aku pun siap-siap untuk pulang. Tanpa mandi terlebih dulu, karena aku tak ingin Novia tahu.
Lebih baik aku pulang dan kembali ke kehidupan semula walau mesti bertemu pada ingatan-ingatan yang menyakitkan. Semua lelaki memang bangsat, tapi mereka sudah ditakdirkan untuk menjadi pasangan kita, para wanita, di muka bumi sekali pun terus dijahati.
Novia memang cantik. Tapi, aku harap kita bisa lupakan semua seperti masakan yang gosong karena lupa di angkat. Aku ingin tetap bersyukur masih dikaruniai rasa untuk saling mencinta. Meski keduanya aku suka. Biarlah aku lupakan semua. Lupa kalau pakaian dalam yang kukenakan ini adalah milikmu yang berwarna merah muda.
***
"Ren, Rena…, sini mandi bareng, Ren. Rena. Rena."
Perpustakaan Teras Baca, 5 November 2013
gambar: dari sini