- Back to Home »
- Prosa »
- Rinduku di Antara Mata dan Bibirmu
Posted by : Harry Ramdhani
February 26, 2014
Kutulis ini setelah terbangun dari mimpi.
Di sana, kau tetap menjadi
orang yang menyebalkan. Dan, kembali mengingatmu,
ialah membuka semua kotak ingatanku
Di sana, kau tetap menjadi
orang yang menyebalkan. Dan, kembali mengingatmu,
ialah membuka semua kotak ingatanku
/1/
Asu! Asu!
tak lagi bisa kulihat matamu, kekasihku,
yang luas seperti pekarangan kesedihan
yang dalam seperti lautan penyesalan.
matamu, kekasihku,
sering kali kudapati berloncatan
mana kala airmata menitikan sedu
mendiami suatu perpisahan.
Yang kutahu dari matamu, kekasihku,
paling
lihai menyembunyikan luka dan pilu,
hingga orang-orang disekitarmu pangling
; kau bahagia atau sengsara.
kekasihku, Rusheila, aku lupa
menunggu katamu, ialah pekerjaan setia
yang tak bisa dibohongi lewat mata,
lewat cerita dari mulut yang berbusa bisa.
/2/
semenjak setan berkata pada Tuhan,
"tak ingin menyembah Adam dan Hawa"
saat itu aku sadar, kekasihku, dari bibirmu perlahan
aku tahu, kesetiaan mesti diucapkan dengan rela
(meski kelak ganjarannya adalah neraka).
Rusheila,
dari bibirmu tak sekalipun sungkan berkata, "A"
walau "B" bisa buatmu bahagia.
kekasihku, dari semua ciuman-ciuman
mungkin, hanya bibirmu yang tak pernah terbayangkan
nikmatnya. Seperti mencicipi buah Khuldi di Surga,
menggoda namun, aku masih takut dosa.
perihal nyanyian itu, aku mendesahkannya
seraya menikmati dalam sukma.
kau bergetar, bibirmu menyambar
rindu ini yang terasa hambar.
/3/
Rindu ini menandai sendu.
Duduk di antara mata dan bibirmu,
ku hirup kenangan-kenangan
yang sesak disela kesunyian.
Rusheila,
kau
segala
rinduku.
Untukmu, Rusheila Heldayani.
Kamar #Peang, 24 Februari 2014
gue sebenernya ga ngerti maksud tulisan lo, tp berhubung itu buat gue okelah thank you hahahaha
ReplyDelete