- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Oh... kekasih Kau Cantik
Cerpen ini gue buat dari beberapa tweet, 'Oh… Kekasih'. Jadi
gue cuma bikin bridging berbentuk narasi. Rada maksa, sih, tapi gapapa
karena ini karya saya. Sila baca:
Ohh… Kekasih Kau Cantik
Di sebuah ruangan, aku melihatmu duduk termenung sambil memaninkan
gadget pemberian orangtua-mu. Bukannya aku ingin menyindirmu, tapi
memang kau ini gadis manja, yang (mungkin) dilahirkan bukan untuk
bekerja. Tapi, cukup diam di rumah tanpa perlu melakukan apa-apa, semua
sudah ada. Kali ini, aku sedikit bingung, apa yg membuatmu termenung
di sana? Mungkinkah orangtua tidak dapat memenuhi keinginanmu, aku rasa
tidak. Namun, ada apa?
Setelah aku memberanikan diri untuk mendekati --karena aku tahu,
pantang seorang laki-laki mendekati wanita saat bersedih, bisa-bisa jadi
kambing hitam--, kau tertunduk dan meneteskan air mata di bangku tempat
kau duduk
apa yang kau lakukan, kekasih? tampak sibuk dengan meneteskan airmata. "menghapus nama oranglain dari bio." ucapmu sendu.
ahh, aku tidak bisa berbuat apa-apa, sedih memang baru putus dengan
orang yang kita sayangi. Tapi, apa boleh buat, kini Tuhan telah
berbuat. Dalam hati aku berpikir, 'laki-laki bodoh seperti apa yang
tega meninggalkan wanita cantik nan-manja. Dasar bodoh'.
tenang, tak usah risau, kekasih, akan tiba waktunya, saat aku berhenti mendekatimu, lalu menjadi pasanganmu.
Oia, sejak kenal, aku sering memanggilmu: Kekasih. Padahal aku
bukan bagian dari dirimu yang perlu kau kasihi, tapi aku hanya suka
memanggilmu dengan sebutan seperti itu. Aku pikir, kau pantas dapat
panggilan 'kekasih' karena aku tahu, kau dibesarkan dengan uang, bukan
kasih sayang.
Atas segala kerendahan hati, sedikit bernawas diri, kekasih, aku tetap pengagummu.
Untuk keadaan seperti ini, banyak yang aku tidak mengerti darimu,
dari semua hal tentang dirimu. Di sini kita kuliah, di sini kita
belajar untuk tidak sering membuat ulah dan di sini kewajiban kita
mendapatkan nilai. Nilai yang oranglain anggap penting. Bagiku: Tidak.
Namun, dalam keadaan seperti ini aku memang tidak paham. Aku cuma
seorang yang sering menggodamu.
kau memang terpelajar, kekasih, tapi tidak perlu semua kau mengerti. karena tidak semua ada di soal UAS.
Bisa berdua denganmu di satu ruangan memang sudah biasa, tapi berdua
denganmu di satu ruangan dalam kondisi sekarang memang suatu
kebahagiaan. Bisa di sampingmu saat kau bersedih.
asap mengepul se-isi ruangan, kekasih, kau penuhi keindahan.
Keindahan karena kecantikanmu, keindahan oleh kehadiran perasaan
yang sampai sekarang aku pendam. Jantungku berdetak tak karuan, apakah
ini akibat kita berduaan di satu ruangan? Mungkinkan ini Cinta.
ingat, kekasih, aku suka angka ganjil. di sana selalu ada angka penengah. aku menyebutnya: Cinta
Aku memberikanmu sapu tangan untuk kau gunakan menghapus air mata
yang masih tergenang di wajah dan sedikit merusak pemandangan. Tapi,
tetap saja, kau memang terlapau cantik.
bunga, tumbuh mekar secara alami, kekasih, kecantikanmu juga. dengan sendirinya memalingkan duniaku.
Kau terus mengucapkan terima kasih atas kebaikanku. Ya, bagimu,
memberikan sapu tangan untuk menghapus air mata di wajahmu adalah
perbuatan baik. Aku hanya bingung, sebenarnya itu tidak berguna, kau
tetap cantik. Aku tidak baik, karena beginilah keseharianku, begitulah
guru-guruku dulu mengajarkan.
berhenti mendo'a-kan yg baik-baik, kekasih, jika Tuhan dengar, aku berat menjalani.
Aku hanya bisa mengingat kejadian-kejadian yang telah kita lakukan
bersama. Dulu. Kau sering mengerjaiku untuk ke bioskop bersama.
Karena hujan, aku berteduh di Halte. Karena ini adalah janji, aku tetap
menunggumu di sana sampai kehadiramu tiba. Walau cukup lama, aku tetap
di sana. Dengan mudahnya kau membatalkan karena sengaja ingin
mengerjaiku. Aku tidak sakit hati, karena kau bahagia, karena kau
semakin cantik bila tertawa.
seperti yg sudah kau tahu, kekasih, aku menunggumu di Halte saat hujan. saat kita gagal kencan.
Tidak hanya itu, aku sering dimintamu menunggu di rumahmu, di ruang
tamu dengan begitu banyak suguhan pembantu. Kau lama tak kunjung keluar
kamar, ketika aku tanya kenapa bisa lama, jawabmu singkat: pakai baju
apa, yah?
saat kau terdiam di depan meja rias penuh lampu, kekasih, tak ada yg dilakukan, kau sudah cantik.
Aku ungkapkan perasaan yang sedari dulu aku simpan. Kau anggap itu hanya guyonan. Kau malah tertawa tak tertahan.
kekasih, masih juga belum percaya semua kata-kataku. tak apa. setidaknya ada yg aku percaya: kau cantik setiap hari.
Kita berdua keluar ruangan seperti tidak pernah terjadi apa-apa, seperti kejadian di dalam hanyalah mimpi. Aku padamu, kekasih.