- Back to Home »
- cosmic g-spot »
- Citeureup aman, Kapten . . !!
Posted by : Harry Ramdhani
June 19, 2011
“terep.terep.terep”, teriak sang timer angkot T02 dengan lantang bak tukang baskom yang menggelar dagangannya di pasar, bermodalkan badan kurus kering + rambut hitam dipadu dengan topping uban yang ala kadarnya . .
Para pejalan kaki-pun seperti terhipnotis dengan teriakan sang timer angkot yang lantang sehingga meyakinkan mereka untuk menaiki angkot dan angkot itu segera berangkat. Aku hanya tersapu duduk manis dibagian belekang seperti anak bayi yang menunggu disuapi oleh mamahnya sambil membaca kumcerLu karangan Asma Nadia – Hilman - Boim Lebon. Yaa, aku memang tidak sampai terbahak.bahak membacanya dan sedikit mesem.mesem, karena memang posisi saat aku membaca kurang mengasikan untuk terbahak walaupun cerpen.cerpen itu sangat lucu*ingat, posisi menentukan prestasi . .
Setengah jam berlalu dengan membaca buku + denger si timer promosiin angkot . .
Angkot T02 meluncur perlahan dan siap mengarungi perjalanan panjangnya di tol Jagorawi. Penuh sih, tapi hati serasa seperti hujan yang menggaruk.garuk kaca jendela dengan kuku.kukunya yang lentik. Ada apa denganku . . ?? aku seperti ada disatu adegan, yaitu aku sedang beli batagor. Dan aku mendengar suara batagor, dan aku lari keluar, eh sandal jepit malah putus, dan aku ngebetulin dulu, dan tukang batagor udaa sampe ditikungan. Dan aku teriak.teriak ngejar, dan yang ada anjing punya tetangga malah yang ngejar akunya, dan aku menjerit lari.larian, dan tukang batagor kaget, dan noleh ke arahku, eeh . . dia kejebur got.
Jam dinding menunjukan 7 lewat 22 menit. Pemandangan disekitar tol sungguh indah, lampu yang menyinari bahu jalan serta dipadukan dengan pepohonan disebelah kanan dan kiri. Pemandangan Romatis . .
Disamping kiri ada bapak.bapak yang umurnya sekitar 31 tahunan, kopiah melingkar diatas kepala dan baju gamis yang kebesaran. Semenjak dia duduk disebelah kiri, hanya menyandarkan kepala kebangku depan, aku rasa dia tertidur pulas karena angin masuk lewat jendela angkot yang sengaja aku buka. So far, so good sih. Engga ada satu orangpun yang mau berbicara, hanya hening yang diberikan oleh para penumpang sekalian ini, mungkin kalau ada yang mau diajak bercanda atau ngobrol se’engganya gitu, mungkin aku akan melontarkan tebak.tebakan ala Lupus, seperti “kenapa ikan.ikan di Seaworld pada mati . . ??” pasti engga tau kan, jawabannya adalah karena diobok.obok sama Joshua *garing MODE ON
Selepas perpisahan aku dengan sang tikus besi berwarna biru itu, suasana di pintu tol Citeureup sungguh semerawut. Negara macam apa ini . . ?? mengurus transportasi saja tidak becus. Lihat, para angkutan yang bertumpuk disana, orang.orang meng’gerutu setelah turun dari angkutan yang barusan mereka tunggangi karena kurang memuaskan hati. Pemandangan yang kurang mengenakan untuk dilihat . .
Apakah kurang hebat orang.orang yang berada diinstansi terkait untuk mengurusnya . . ?? atau, hanya kepentingan pribadi maupun kelompok semata saja mereka (instansi terkait) melakukan pekerjaan ini . . ?? sungguh pelik sekali kenyataan yang terjadi . .
Aku bergegas naik angkot 08 dengan niatan tidak mau berlama.lama melihat pemandangan tadi. Disana hanya ada aku dan sepasang ibu dengan anaknya yang hendak pulang dari kantor si ibu. Supir yang satu ini mungkin kurang santai dalam mengajak penumpang naik angkotnya. Buktinya dia selalu menggunakan mata melotot dan suara lantang untuk menarik konsumen angkot, jelas saja pada engga mau naik. Serem . .
Klakson terus menerus dibunyikan ‘tiiin.tiiiin.tiiIIINNN’, “BOGOR.BOGOR, BOGOR BU, BOGOR”. Andai kata tadi engga terburu.buru karena ulah petugas di tol Citeureup, pastinya aku tidak akan naik angkot ini. Serem, abangnya . .
Setidaknya aku aman sejauh ini, karena ini kali ke-empatnya untuk aku ke Citeureup dan tiga lainnya selalu membekas luka dihati dan dipikiran. Emang dasar serem tuuh supir, kembalian yang diberikan kurang 500 perak. Bukan karena 500 peraknya tetapi karena semua telah dihitung.hitung secara terperinci dari naik angkot T02 terus naik angkot 08 dan yang terakhir naik angkot 35. Kurangnya 500 perak tadi membuat ongkos buat naik 35 menjadi kurang juga. Mudah.mudahan nanti abang supirnya baik kepada aku untuk merelakan uang 500 perak itu . .
Ketika turun dari angkot, aku lipat uang 2000 yang didalamnya ada koin 500 perak, ini adalah trik klasik #lagulamakasetkusut, ketika aku masih smp. Sambil pura.pura engga denger si supir ngelaksonin mobilnya yang mungkin tau kalau ongkosnya kurang.
Aahh, Hari ini aku aman dan Citeureup, Kapten . . !!