Archive for April 2013
Pintu Gerbang Telah Terbuka
By : Harry Ramdhani
Kalau bukan dibuat oleh orang-orang profesional, mungkin tidak
akan ada audisi #StreetComedy yang dilaksanakan sebelum hari H, Jika
#BerGaMiS kita analogikan sebagai hari pernikahan, haram hukumnya
pengantin disibukan oleh kegiatan resepsi dan akad nikah untuk hari
H.Jika #BerGaMiS kita analogikan sebagai hari pernikahan, haram hukumnya
pengantin disibukan oleh kegiatan resepsi dan akad nikah untuk hari H.
Ketiga penampil disibukan oleh pelaksanaan audisi, Kang Dede menjadi
host, Jui menjadi juri, dan… Ridwan mesti diminta untuk duduk dipinggir
panggung menghabiskan sebotol bir promo. Mungkin tidak akan ada show
sehebat #BerGaMiS.
It's a good managerial skill. It's a good technical skill. It's a Dream Team. Two thumb up for Stand-up Indo Bogor.
Sebuah cerita singkat yang mungkin hanya memenuhi lembar file pribadi. Sebuah cerita pendek yang hanya menjadi sebuah catatan. Catatan yang semoga bisa dibagikan.
Sebenarnya Aku sudah (sedikit) menulis tentang #BerGaMiS jauh sebelum promo show ini muncul di dunia maya, di dunia nyata melalui mulut ke mulut. Tapi karena ini bukan kewenanganku, lebih baik Aku simpan dibalik ketidak-sabaran acara tersebut.
Setiap pelajar ketika datang ke sekolah kemudian terlambat, hal pertama yang Ia harapkan adalah dibukakan pintu gerbang oleh penjaga sekolah. Mengatas namakan apapun, terlambat hanya soal waktu. Waktu yang telah diperkosa secara arukan kemudian ditelantarkan. Aku benci terlmabat. Aku benci orang yang terlamabat. Dan Aku terlambat datang ke acara #BerGaMiS. Aku membenci diriku sendiri saat itu. Aku membenci waktu yang terlampau cepat meninggalkan. Aku membenci semua yang membuatku terlambat. Semua yang tidak bisa dijabarkan dengan kata.
Di depan Ball Room, duduk manusia kekar. Serupa dengan Agung Hercules dengan versi rambut pendek. Dilengkapi tanda pengenal dengan nama @guejoy. Joy, berkesempatan menjadi Hansip. Ia bertanggung-jawab atas keamanan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Katanya, Aku hanya diperuntukan masuk setelah penampilan Jelanguan dan Ridwan.
#DamnSitLol
Rule is rule. Aturan tetaplah aturan. Andai mereka (baca: crew Bergamis) seorang aparatur negara pasti paham, bahwa aturan dibuat untuk dilanggar. Tapi karena mereka profesional, aturan yang telah dibuat mesti dipatuhi. Begitukan profesional ?
Aku datang nonton #BerGaMiS untuknya. Untuk namanya yang siap diorbitkan ke dunia Stand-up Comedy Indonesia. Sekilas, Aku ingat perbinacanganku dengan Ridwan di Kedai Alania. Perbincangan singkat soal #BerGaMiS. Perbincangan soal apa yang akan Ia bawakan nanti.
"Gue gak bakal bawain materi tentang angkot. Semua materi baru dan gak akan dicoba pas Open Mic. Biar jadi surprize, gitu."
Jarang. Sangat jarang Aku menemukan komika se-sombong dia. Sekalipun ada, mungkin hanya mempermalukan dirinya di panggung membawakan materi tanpa sekalipun pernah diuji.
Aku suka orang-orang sombong. Karena hanya dengan sombongnya 'lah yang masih membuatnya berdiri. Berdikari. Sombong Ia jadikan tongkat sebagai samdaran untuk tetap berdiri. Sombong adalah sikap membuktikan atas apa yang telah dilakukan.
Kepercayaan atas apa yang Ridwan tulis sangat penting bagi contoh ke setiap komika. Percaya bahwa premis yang dibawakan dapat membawa orang memperhatikannya. Percaya bahwa set-up yang ditulis dapat mempengaruhi main set penonton. Percaya bahwa punch-line yang ditulis dapat membuat terkejut penonton dan yang paling penting, yah, ketawa.
Walau Aku tidak melihat penampilan Ridwan. Tapi, dari luar Aku mendengar tawa, mendengar tepuk tangan, mendengar suara kelelahan penonton karena tertawa. Setidaknya Aku bisa menyimpulkan: Ridwan sukses.
Joy, dengan segala usahanya menenangkan orang-orang yang masih diluar yang belum diizinkan masuk. Dari coklat, rokok, dan harga dirinya Ia tawarkan. AKu melihat seorang wanita yang sudah kepalang kesel sama Joy. Mungkin di dalam otaknya Ia berucap, "Gue sumpahin telat juga lu ngangkat pas ngencuk sama cewek lu. Biar lu rasain betapa gak enaknya telat. Su !!"
Pintu sudah dibuka, semua diminta baris. Joy malah langsung ngacir ke dalem pas pintu dibuka. Dasar Kang Tambel Ban.
Melihat ruangan yang sudah dipenuhi orang dan Dede Kendor yang malah nyanyi-nyanyi di panggung, Aku hanya berpikir: Woy, stand-up. Malah nyanyi, gak sabar, nih.
Sial. Emang terlambat itu gak ada asyiknya kayak original sound track #BerGaMiS - Jelanguan. Duduk di baris paling belakang, cuma kedapetan kepala Kang Dede doang. Aahhhhh !! Tidak ada bangku kosong tersisa, karena semua bangku ditarik ke belakang. Mungkin ini trik untuk supaya terlihat sold-out. Santai, bergamis: bercandanya agak miris.
Kang Dede stand-up. ssttt… dilarang berisik. Selasai. Aku puas tertawa. Aku puas bisa mengantongi beberapa materi Kang Dede yang sangat ke-orangtua-an itu. Berguna untuk diaplikasikan. Tidak satu-pun jokes yang dilontarkan miss ke penonton. Penyampaian, ke dalaman materi, dan keperjakaannya yang membuat semua dapat menghasilkan tawa. Aku berani menyimpulakan: Indonesia, bukakan pintu kalian untuk Dede Kendor. Biarkan Ia menyampaikan asumsinya kepada kalian dan kalian tinggal cukup tertawa. Penampilan terbaik Kang Dede yang pernah Aku lihat.
Bukan Jui Purwoto kalau penonton tidak tertawa saat melihatnya di panggung. Entahlah, Aku tidak menemukan titik kelucuannya di mana tapi, Aku tertawa. Mungkin ini yang dinamakan 'aura' komedian layar kaca. Saat asyik tertawa, Ia menyanyikan lagu… lagu apa, yah ? Gak penting judul lagunya apa, yang pasti Ia pelesetin lirik lagunya menjadi lucu. Ingat, lucu.
Jui seakan memberitahukan bahwa semua orang bisa melucu, bedanya Ia bisa menata semua kelucuan menjadi satu dan dibawakan dengan rapih, dengan kepintarannya membuat semua semakin lucu. Tidak semua orang bisa melakukan semua yang dilakukan Jui. Aku salah seorang penggemar Jui. Serius. Semua jokes yang tidak asing dikuping kita bisa diubah dan dibuatnya dengan format stand-up comedy. Melihatnya di panggung, seperti melihat Will Smith melucu. Kental akan aksen, pintar dalam diksi.
Tapi, Aku sedikit kasian pada semua penampil. Mungkin karena AC ruangan yang terlalu dingin, berakibat penampil kekeringan di mulut. Jui berkali-kali membasahi… gigi atau gusi, yah ? Entahlah, soalnya nyaru, sih. Hebat. Malam itu, Aku terhibur atas segala kekesalanku terlambat. Aku belajar sebuah profesionalisme dari semua orang yang terlibat dalam #BerGaMiS.
Beginilah aroma Show Stand-up Comedy. Kelucuan dan kesedihan tercampur aduk. Wajah Jui memerah saat memeluk Kang Rifki. Pelukan hangat persahabatan. Saat keluar, di wall of fame, Aku bertemu Kang Dede. Aku memeluknya begitu erat. Walau kita tidak terlalu dekat, tapi Aku ikut terharu akan penampilannya yang 'hampir' sempurna di panggung tadi. Aku ingat semua jokes-nya. He's the best.
Kini, saat pintu gerbang telah terbuka, Aku akan siap mengikuti -- setidaknya jika Aku mampu -- BerGaMiS bila itu dibuatkan tur stand-up. Aku percaya, (Aku percaya akan banyak hal tapi, yang Aku yakini hanya satu: Tuhan.) bahwa seluruh Indonesia sudah siap menampung mereka. Indonesia butuh lawakan-lawakan sederhana seperti yang dilakukan ketiga cendikiawan Bogor: Ridwan, Dede Kendor, dan Jui Purwoto.
Pintut gerbang telah dibuka dengan lebar atas sebuah pembuktian bahwa mereka,… pantas.
It's a good managerial skill. It's a good technical skill. It's a Dream Team. Two thumb up for Stand-up Indo Bogor.
Sebuah cerita singkat yang mungkin hanya memenuhi lembar file pribadi. Sebuah cerita pendek yang hanya menjadi sebuah catatan. Catatan yang semoga bisa dibagikan.
Pintu Gerbang Telah Terbuka
Sebenarnya Aku sudah (sedikit) menulis tentang #BerGaMiS jauh sebelum promo show ini muncul di dunia maya, di dunia nyata melalui mulut ke mulut. Tapi karena ini bukan kewenanganku, lebih baik Aku simpan dibalik ketidak-sabaran acara tersebut.
Setiap pelajar ketika datang ke sekolah kemudian terlambat, hal pertama yang Ia harapkan adalah dibukakan pintu gerbang oleh penjaga sekolah. Mengatas namakan apapun, terlambat hanya soal waktu. Waktu yang telah diperkosa secara arukan kemudian ditelantarkan. Aku benci terlmabat. Aku benci orang yang terlamabat. Dan Aku terlambat datang ke acara #BerGaMiS. Aku membenci diriku sendiri saat itu. Aku membenci waktu yang terlampau cepat meninggalkan. Aku membenci semua yang membuatku terlambat. Semua yang tidak bisa dijabarkan dengan kata.
Di depan Ball Room, duduk manusia kekar. Serupa dengan Agung Hercules dengan versi rambut pendek. Dilengkapi tanda pengenal dengan nama @guejoy. Joy, berkesempatan menjadi Hansip. Ia bertanggung-jawab atas keamanan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Katanya, Aku hanya diperuntukan masuk setelah penampilan Jelanguan dan Ridwan.
#DamnSitLol
Rule is rule. Aturan tetaplah aturan. Andai mereka (baca: crew Bergamis) seorang aparatur negara pasti paham, bahwa aturan dibuat untuk dilanggar. Tapi karena mereka profesional, aturan yang telah dibuat mesti dipatuhi. Begitukan profesional ?
Aku datang nonton #BerGaMiS untuknya. Untuk namanya yang siap diorbitkan ke dunia Stand-up Comedy Indonesia. Sekilas, Aku ingat perbinacanganku dengan Ridwan di Kedai Alania. Perbincangan singkat soal #BerGaMiS. Perbincangan soal apa yang akan Ia bawakan nanti.
"Gue gak bakal bawain materi tentang angkot. Semua materi baru dan gak akan dicoba pas Open Mic. Biar jadi surprize, gitu."
Jarang. Sangat jarang Aku menemukan komika se-sombong dia. Sekalipun ada, mungkin hanya mempermalukan dirinya di panggung membawakan materi tanpa sekalipun pernah diuji.
Aku suka orang-orang sombong. Karena hanya dengan sombongnya 'lah yang masih membuatnya berdiri. Berdikari. Sombong Ia jadikan tongkat sebagai samdaran untuk tetap berdiri. Sombong adalah sikap membuktikan atas apa yang telah dilakukan.
Kepercayaan atas apa yang Ridwan tulis sangat penting bagi contoh ke setiap komika. Percaya bahwa premis yang dibawakan dapat membawa orang memperhatikannya. Percaya bahwa set-up yang ditulis dapat mempengaruhi main set penonton. Percaya bahwa punch-line yang ditulis dapat membuat terkejut penonton dan yang paling penting, yah, ketawa.
Walau Aku tidak melihat penampilan Ridwan. Tapi, dari luar Aku mendengar tawa, mendengar tepuk tangan, mendengar suara kelelahan penonton karena tertawa. Setidaknya Aku bisa menyimpulkan: Ridwan sukses.
Joy, dengan segala usahanya menenangkan orang-orang yang masih diluar yang belum diizinkan masuk. Dari coklat, rokok, dan harga dirinya Ia tawarkan. AKu melihat seorang wanita yang sudah kepalang kesel sama Joy. Mungkin di dalam otaknya Ia berucap, "Gue sumpahin telat juga lu ngangkat pas ngencuk sama cewek lu. Biar lu rasain betapa gak enaknya telat. Su !!"
Pintu sudah dibuka, semua diminta baris. Joy malah langsung ngacir ke dalem pas pintu dibuka. Dasar Kang Tambel Ban.
Melihat ruangan yang sudah dipenuhi orang dan Dede Kendor yang malah nyanyi-nyanyi di panggung, Aku hanya berpikir: Woy, stand-up. Malah nyanyi, gak sabar, nih.
Sial. Emang terlambat itu gak ada asyiknya kayak original sound track #BerGaMiS - Jelanguan. Duduk di baris paling belakang, cuma kedapetan kepala Kang Dede doang. Aahhhhh !! Tidak ada bangku kosong tersisa, karena semua bangku ditarik ke belakang. Mungkin ini trik untuk supaya terlihat sold-out. Santai, bergamis: bercandanya agak miris.
Kang Dede stand-up. ssttt… dilarang berisik. Selasai. Aku puas tertawa. Aku puas bisa mengantongi beberapa materi Kang Dede yang sangat ke-orangtua-an itu. Berguna untuk diaplikasikan. Tidak satu-pun jokes yang dilontarkan miss ke penonton. Penyampaian, ke dalaman materi, dan keperjakaannya yang membuat semua dapat menghasilkan tawa. Aku berani menyimpulakan: Indonesia, bukakan pintu kalian untuk Dede Kendor. Biarkan Ia menyampaikan asumsinya kepada kalian dan kalian tinggal cukup tertawa. Penampilan terbaik Kang Dede yang pernah Aku lihat.
Bukan Jui Purwoto kalau penonton tidak tertawa saat melihatnya di panggung. Entahlah, Aku tidak menemukan titik kelucuannya di mana tapi, Aku tertawa. Mungkin ini yang dinamakan 'aura' komedian layar kaca. Saat asyik tertawa, Ia menyanyikan lagu… lagu apa, yah ? Gak penting judul lagunya apa, yang pasti Ia pelesetin lirik lagunya menjadi lucu. Ingat, lucu.
Jui seakan memberitahukan bahwa semua orang bisa melucu, bedanya Ia bisa menata semua kelucuan menjadi satu dan dibawakan dengan rapih, dengan kepintarannya membuat semua semakin lucu. Tidak semua orang bisa melakukan semua yang dilakukan Jui. Aku salah seorang penggemar Jui. Serius. Semua jokes yang tidak asing dikuping kita bisa diubah dan dibuatnya dengan format stand-up comedy. Melihatnya di panggung, seperti melihat Will Smith melucu. Kental akan aksen, pintar dalam diksi.
Tapi, Aku sedikit kasian pada semua penampil. Mungkin karena AC ruangan yang terlalu dingin, berakibat penampil kekeringan di mulut. Jui berkali-kali membasahi… gigi atau gusi, yah ? Entahlah, soalnya nyaru, sih. Hebat. Malam itu, Aku terhibur atas segala kekesalanku terlambat. Aku belajar sebuah profesionalisme dari semua orang yang terlibat dalam #BerGaMiS.
Beginilah aroma Show Stand-up Comedy. Kelucuan dan kesedihan tercampur aduk. Wajah Jui memerah saat memeluk Kang Rifki. Pelukan hangat persahabatan. Saat keluar, di wall of fame, Aku bertemu Kang Dede. Aku memeluknya begitu erat. Walau kita tidak terlalu dekat, tapi Aku ikut terharu akan penampilannya yang 'hampir' sempurna di panggung tadi. Aku ingat semua jokes-nya. He's the best.
Kini, saat pintu gerbang telah terbuka, Aku akan siap mengikuti -- setidaknya jika Aku mampu -- BerGaMiS bila itu dibuatkan tur stand-up. Aku percaya, (Aku percaya akan banyak hal tapi, yang Aku yakini hanya satu: Tuhan.) bahwa seluruh Indonesia sudah siap menampung mereka. Indonesia butuh lawakan-lawakan sederhana seperti yang dilakukan ketiga cendikiawan Bogor: Ridwan, Dede Kendor, dan Jui Purwoto.
Pintut gerbang telah dibuka dengan lebar atas sebuah pembuktian bahwa mereka,… pantas.
Tag :
Stand-up Comedy,
Ejakulasi Kopi
By : Harry Ramdhani
Sudah tiga cangkir kau sajikan.
bibirku,
bibir cangkir, dan… bibirmu
menghitam tak karuan.
kedua tangan ini tak ada henti melucuti
gorengan yang disaji.
tapi,
kopi ini.
Dengan sengaja aku
tumpahkan kopi di buku.
hanya ingin melihat bintikan kopi
kering menghiasi.
Jika penyair tetap setia pada hujan.
mana mungkin aku tega
mengingkari janji
pada cangkir kopi.
Pedih ini,
tergores ketika
Kau sengaja
memecahkan cangkir berisi kopi.
tidak perlu menambahkan satu
sendok gula dalam cangkir. Kau
menyuguhkan kopi pahit, bagiku
sudah terlampau manis.
Hanya dalam gelas kopi aku bisa
melihat satu titik cahaya.
cahaya kemesraan
dalam kesetiaan.
Tubuhmu
sudah kaku terkekang nafsu.
berdua dengan secangkir kopi,
kau sudah masturbasi.
birahiku
terbakar. sentuhan asap kopi
membuatku
ejakulasi sejak dini.
suara jatungku mengiringi.
kafein tinggi
membuat nafasku
beradu dengan nafsu.
kopi atau tubuhmu ?
bibirku,
bibir cangkir, dan… bibirmu
menghitam tak karuan.
kedua tangan ini tak ada henti melucuti
gorengan yang disaji.
tapi,
kopi ini.
Dengan sengaja aku
tumpahkan kopi di buku.
hanya ingin melihat bintikan kopi
kering menghiasi.
Jika penyair tetap setia pada hujan.
mana mungkin aku tega
mengingkari janji
pada cangkir kopi.
Pedih ini,
tergores ketika
Kau sengaja
memecahkan cangkir berisi kopi.
tidak perlu menambahkan satu
sendok gula dalam cangkir. Kau
menyuguhkan kopi pahit, bagiku
sudah terlampau manis.
Hanya dalam gelas kopi aku bisa
melihat satu titik cahaya.
cahaya kemesraan
dalam kesetiaan.
Tubuhmu
sudah kaku terkekang nafsu.
berdua dengan secangkir kopi,
kau sudah masturbasi.
birahiku
terbakar. sentuhan asap kopi
membuatku
ejakulasi sejak dini.
suara jatungku mengiringi.
kafein tinggi
membuat nafasku
beradu dengan nafsu.
kopi atau tubuhmu ?
Tag :
OBSET,
Twit Soal #Nyasar
By : Harry Ramdhanigue bakal ngetwit soal #nyasar. tapi, biarkan dimulai dengan ini…
cowok, semakin cerdas cenderung melihih cewek bertetek kecil. #nyasar
bagi gue, #nyasar adalah musibah. lewat stand-up comedy gue belajar. musibah bukan bahan lelucon.
tidak ada yg perlu diketawain dari musibah. tidak ada yg perlu diketawain dari #nyasar.
entahlah, mungkin seluruh jari ditubuh gue gak sanggup ngitung jumlah #nyasar gue sendiri.
setiap dateng ke tempat yg baru, #nyasar adalah kawan.
tapi, walau gue udah dua atau tiga kali dateng ke tempat yg sama. kadang, masih aja #nyasar.
mungkin, ada dua kemungkinan: arsitek engga kreatif dan dinas tata kota gak kerja. #nyasar
sejauh ini, bangunan2 di Indonesia bentuknya serupa. di mana-pun terlihat sama. #nyasar
jadi, mana mungkin gue bisa bedain antara satu tempat dgn tempat yg lain. hasilnya: #nyasar.
ini adalah bukti bahwa arsitek di Indonesia gak kreatif. setiap men-design gedung, itu-itu aja. #nyasar
udah terlalu banyak bangunan serupa, dalam peletakannya-pun sembarangan. #nyasar
artinya: dinas tata kota gak kerja. entahlah apa fungsi peta besar terpampang di kantornya ? #nyasar
mungkin, hanya sebatas hiasan biar gak tampak sepi. udah gak kerja, gak ada hiasan. kelar. #nyasar
sumpah. #nyasar itu gak enak. ada di wilayang asing bisa bikin kayak makhluk asing. alien.
hal pertama yg mesti dilakuin saat #nyasar: belajar dengan cepat kehidupan setempat.
kalo sembarangan bertingkah saat #nyasar, hal terburuknya itu disangka maling. bisa dipukulin. sakit.
musibah merupakan hal yg tak diduga sebelumnya. maka, #nyasar adalah musibah.
kalo masih ada yg ngetawain saat ada yg #nyasar. mungkin cuma ada dua kemungkin: jahat atau tolol.
makanya, gue adalah orang yg gak suka jalan-jalan, karena bisa berakibat #nyasar
sila di analogikan sendiri ke arah perasaan tentang twit #nyasar gue.
cowok, semakin cerdas cenderung melihih cewek bertetek kecil. #nyasar
bagi gue, #nyasar adalah musibah. lewat stand-up comedy gue belajar. musibah bukan bahan lelucon.
tidak ada yg perlu diketawain dari musibah. tidak ada yg perlu diketawain dari #nyasar.
entahlah, mungkin seluruh jari ditubuh gue gak sanggup ngitung jumlah #nyasar gue sendiri.
setiap dateng ke tempat yg baru, #nyasar adalah kawan.
tapi, walau gue udah dua atau tiga kali dateng ke tempat yg sama. kadang, masih aja #nyasar.
mungkin, ada dua kemungkinan: arsitek engga kreatif dan dinas tata kota gak kerja. #nyasar
sejauh ini, bangunan2 di Indonesia bentuknya serupa. di mana-pun terlihat sama. #nyasar
jadi, mana mungkin gue bisa bedain antara satu tempat dgn tempat yg lain. hasilnya: #nyasar.
ini adalah bukti bahwa arsitek di Indonesia gak kreatif. setiap men-design gedung, itu-itu aja. #nyasar
udah terlalu banyak bangunan serupa, dalam peletakannya-pun sembarangan. #nyasar
artinya: dinas tata kota gak kerja. entahlah apa fungsi peta besar terpampang di kantornya ? #nyasar
mungkin, hanya sebatas hiasan biar gak tampak sepi. udah gak kerja, gak ada hiasan. kelar. #nyasar
sumpah. #nyasar itu gak enak. ada di wilayang asing bisa bikin kayak makhluk asing. alien.
hal pertama yg mesti dilakuin saat #nyasar: belajar dengan cepat kehidupan setempat.
kalo sembarangan bertingkah saat #nyasar, hal terburuknya itu disangka maling. bisa dipukulin. sakit.
musibah merupakan hal yg tak diduga sebelumnya. maka, #nyasar adalah musibah.
kalo masih ada yg ngetawain saat ada yg #nyasar. mungkin cuma ada dua kemungkin: jahat atau tolol.
makanya, gue adalah orang yg gak suka jalan-jalan, karena bisa berakibat #nyasar
sila di analogikan sendiri ke arah perasaan tentang twit #nyasar gue.
Tag :
OBSET,
#FAQ @IstanaRakyat dan @SBYudhoyono
By : Harry Ramdhani
Dunia
Baru Kepresidenan: Twitter
Minggu lalu, lebih tepatnya hari
kamis (11/042013) TwitterLand -- istilah untuk dunia Twitter -- digemparkan
oleh kehadiran akun Twitter kepresidenan @IstanaRakyat. Banyak orang (khususnya
pengguna Twitter), berkicau soal kehadiran akun tersebut.
Kali ini, Pewawancara
berkesempatan mewawancarai salah satu aktivis di TwitterLand @_HarRam. Ia
adalah Pakar #OBSET di TwitterHill, begitu Ia menyebut dunia Twitter. Tidak
sedikit tweet-nya menjadi cemooh oleh followers-nya. Wawancara dilakukan via
e-mail, Minggu, (14/04/2013). Berikut petikannya:
Sebagai
orang yang aktiv di Twitter, pendapatmu soal akun twitter @IstanaRakyat dan
@SBYudhoyono ?
Menurut saya, itu satu langkah
positif yang dilakukan pemerintah guna mendengar suara rakyat. Mungkin itu
tujuannya.
Eum…
mari kita bahas akun tersebut satu-satu. Saat pertama kali mem-boom-ing adalah
akun @IstanaRakyat. Apa sih sekiranya maksud ada akun tersebut ?
Kita bisa lihat di Bio-nya, di
sana tertulis: 'Akun resmi Istana Kepresidenan Republik Indonesia'. Jadi,
paling tidak akan berisi seputaran lingkungan Istana sampai kegiatan di dalam
Istana.
Kalau
memang demikian, kenapa akun twitter pertama itu yang di follow adalah akun
Bambang Pamungkas (@Bepe20). Apa hubungannya beliau dengan Istana ?
Lah, mana saya tahu. Pertanyaan
aneh.
Maaf.
Biasanya, akun pertama yang di follow adalah alasan utama orang ingin membuat
akun Twitter juga. Tapi, setelah akun @IstanaRakyat ramai diperbincangkan,
kenapa isi tweet-nya terlalu banyak foto-foto, yah ?
Setuju. Seperti saya, akun
pertama yang saya follow adalah pacar saya tapi, dia malah ninggalin. Yasudah,
saya 'Block' aja. Menarik. Kadang, kita lebih suka melihat gambar dari pada
melihat kata-kata yang berhimpitan. Jadi, dengan twitpic sudah bisa terwakilkan
semua kata-kata.
Bicara
soal twitpic, pada tanggal 9 April 2013, akun @IstanaRakyat posting gambar menu
makan siang di Istana, "Ini dia menu makan siang Presiden SBY. BTW apa
menu makan siang Anda ?" Apa pendapatmu ?
Miris. Karena, banyak rakyat
Indonesia yang masih susah untuk makan. Jangankan makan siang, untuk sarapan
saja tidak ada. Semoga admin akun @IstanaRakyat bisa lebih melihat rakyat.
Pasti
sudah tahu admin @IstanaRakyat, Kiki. Siapa sih, dia ? Setidaknya Ia sendiri
yang memperkenalkan diri lewat Akun @IstanaRakyat.
Yup. Saya malah sempat berpikir
nama 'Kiki' adalah nama admin @IstanaRakyat, karena tweet-nya sangat 'masa
kini'. Mana mungkin, akun Kepresidenan di admin oleh anak muda dan diberi
kepercayaan besar seperti ini. Tapi, 'Kiki' adalah perkumpulan staf istana yang
suka berbagi info dan berjiwa muda. Nah, sepertinya ide akun @IstanaRakyat
berasal dari mereka dan disetujui pihak Istana. Menariknya, ketika baru dirilis
8 April lalu, akun @IstanaRakyat sudah kultwit -- istilah dalam Twitter yang
berarti Kuliah di Twitter -- tentang sejarah Istana. Mungkin 'Kiki' sudah gatel
ingin melakukan itu sejak lama. Sini kalo gatel saya garukin.
Lucu
juga, sekarang masuk pembahasan akun resmi Pak Beye, @SBYudhoyono, pendapatnya
?
Wuihh !! ini sangat sensasional.
Saya jadi ingat ucapan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, saat diwawancarai Tempo,
"Sebaiknya kalau punya Twitter jangan dikendalikan oleh orang lain,
apalagi mesin."
Apa
yang sensasional ?
Jelas. Ketika para bawahannya
mencitrakan Pak Beye sebagai musisi handal, mestinya akun yang dibuat, yah,
bukan Twitter tapi, MySpace atau SoundCloud. Itu lebih tepat. Siapa tahu Pak
Beye rela membagi-bagi lagunya gratis untuk rakyat. Maklum, buat makan aja
susah, apalagi untuk beli lagunya.
Sepakat.
Kok Pak Beye baru bikin akun Twitter, yah ?
Semua tahu, kini linimasa
dijadikan tempat untuk para pejabat sebagai wadah yang tepat untuk pencitraan.
Tidak hanya Pak Beye yang membuat akun Twitter seperti Dahlan Iskan, Pramono
Anung, dan lain-lain. Menurut data statistik yang sempat dirilis oleh
WorldInternet Statistic, pengguna Twitter di Indonesia sekitar 12% dari jumlah
penduduk Indonesia. Angka yang besar. Apalagi ditahun ini, sudah pasti
meningkat pesat dan ditambahnya para Transmigran gelap dari Facebook yang
ikut-ikutan pindah ke Twitter. Pengguna Facebook yang dikit-dikit upload photo
kemudian di share. Sedikit alay. Lantas, apa bedanya user Twitter yang alay itu
dengan Pak Beye ? Tidak ada. Ditambah lagi, tahun ini adalah tahun politik.
Ahh, lengkap sudah.
Jumlah
followers akun @SBYudhoyono kini sudah di atas enam ratus ribu. Artinya,
termasuk akun yang ditandai Twitter 'Verified'. Mungkinkah Pak Beye menerima
tawaran dari para pengikalan untuk tweet berbayar ?
Mungkin saja. Siapa tahu Partai
Demokrat engga (lagi) menang di Pil-Pres 2014 dan Pak Beye nganggur. Lumayan.
Raditya Dika lewat akun pribadinya @radityadika, menaruh harga sekitar enam
juta untuk satu kali tweet berbayar. Tapi ingat, Pak Beye, di Twitter-pun ada
etikanya. Biasakan menggunakan hashtag spon (#spon) disetiap tweet berbayar.
Supaya follower-nya tahu bahwa itu iklan.
Terakhir,
kamu follower @IstanaRakyat dan @SBYudhoyono ?
Tidak.
Tag :
OBSET,
Baik Rekan, Maupun Lawan
By : Harry Ramdhani
#Chapter2
Entahlah, ada angin muson apa yang membuat Kartika datang ke Café InWin siang ini ? Tidak ada OpenMic, tanpa Silvi yang menemani, dan… tanpa Jaja.
Kartika tampak seperti anak itik kehilangan barisan. Kebingungan. Duduk sendirian dengan Cappucinno dingin yang dibiarkan terpampang di mejanya. Ia masih asyik membolak-balik buku tebal yang baru saja dipinjamnya dari perpustakaan. Mahasiswa mengerjakan tugas sudah biasa, namun bila mengerjakannya di Café sendirian, itu tidak biasa.
Memang tak seramai ada open mic, tapi tatapanku masih tertuju ke Kartika. Mungkin ini kali pertama melihatnya, maklum, Aku bisa mengingat pengunjung yang sering datang ke sini atau tidak. Hanya dari sepatu yang dikenakan, Aku bisa hafal pengunjung Cafe InWin.
Sekilas, Kartika mirip dengan kasir InWin yang telah re-sign. Sepatunya maksudku, sepatu Jerry berwarna hijau muda adalah sepatu andalan Indri kala Ia masih bekerja di sini. Tanpa basa-basi, Aku menghampiri Kartika, "Lagi nunggu temennya, yah ?" ucapku. Kartika yang sedang membaca buku langsung memandangku dengan sedikit heran. Aku menebak saja, mungkin apa yang ada dipikirannya itu, "Apa urusannya sama lu ? Mau gue nunggu temen, mau gue nunggu klien, bodo amat."
"Ouw, engga kok. Emang lagi pengen ke sini aja." Jawabnya ramah. Tidak seperti yang Aku duga sebelumnya.
"Baru pertama kali ke sini, bukan ?" tanyaku, "Oia, boleh Aku duduk ?"
Tangannya mempersilahkan Aku untuk duduk berhadapan dengannya, "Ini kali kedua Aku ke sini. Dua hari yang lalu, Aku datang ke openmic dan tempatnya asyik juga ternyata."
"Aku, Gery, pemilik Cafe ini." Sambil menjulurkan tangan.
"Kartika. Kartika Maharani."
Setelah itu kita berbincang cukup panjang di meja Kartika. Sampai lupa waktu mungkin.
***
Sungguh apes, sudah kerja lembur, motor yang Ia gunakan mogok dan tidak bisa dibawa pulang. Akhirnya, Jaja menitipkan motornya ke security kantor untuk diperbaiki ke bengkel esok hari.
Ia pulang dengan menggunakan transportasi umum. Sedikit susah mencari angkutan umum malam-malam begini. Jarum jam tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam, saat di mana kelelawar mengepakan sayap lalu berkeluyuran untuk sekedar menyantap.
Lama menunggu di halte, Jaja berjalan kaki sembari berharap ada angkutan umum melintas. Bintik keringat sudah memenuhi sekitaran kawasan jidat tapi, masih tak ada angkutan yang lewat. Malam ini sungguh melarat. Andai tadi Ia menerima voucher taksi yang diberikan, mungkin nasibnya tidak seburuk kancil yang gagal menipu kelinci.
Jaja beristirahat sejenak di tukang gorengan kaki lima. Sambil mengambil sepasang tahu isi dan lontong, Ia kembali menatap kebelakang. Sekedar melihat sudah sejauh mana Ia berjalan. Cukup jauh juga.
"Tidak mungkin Aku kembali ke kantor untuk menginap di sana. Jaraknya hampir sama dengan jarak dari sini ke kostan."
Ia melahap tahu isi dan lontong dengan sekejap. Hanya dengan dua kali gigitan, sepasang gorengan telah menghilang sari genggaman. Lapar dan lelah, kombinasi yang cocok untuk merebahkan badannya di tembok toko yang sudah tutup. Sesekali Jaja melirik ke arah ubi goreng yang masih mengepulkan asap. Asap itu bergoyong sungguh erotis di depan mata Jaja dan saat asap mendekat sampai berani menyentuh-nyentuh hidungnya. Sangat menggoda dan Jaja kalah oleh godaan.
Ketika sedang asyik menyantap ubi goreng yang masih panas, datang seorang pengemis menghampiri. Ia merasa kasihan, masih saja ada yang tak sanggup beli makan di Kota Metropolitan. Jaja meminta si abang membungkuskan beberapa gorengan untuk pengemis itu. Kalau saja tolak ukur Demokrasi tidak hanya terpaku ke arah pemilihan pemimpin secara langsung dan bebes berpendapat, mungkin sudah tidak lagi ditemukan orang yang masih tak sanggup membeli makan. Walau banyak pakar melihat Demokrasi dari proses Demokratisasi-nya tapi, tetap saja, proses tersebut masih sering dipermainkan ke sana - ke mari.
***
Karena motor Jaja telah diperbaiki, kini Ia bisa pulang dengan sedikit santai. Berhubung ada urusan dengan Gery, maka sepulang dari kantor, Jaja mampir dulu ke InWin.
"Ja, kemaren ada yang pengen beli tiket show, tuh." kata Gery sambil menyuguhkan Cappucinno dingin. Salah satu minuman favorit Jaja dan menjadi andalan di sini.
"Siapa ? Baru aja pengen dititip ke sini, Ger." Jawabnya dengan kedua tangan yang sibuk memilah-milah tiket.
"Kartika. Kenal ? itu 'loh temenya Selvi."
"Kartika ? Ouw… yang waktu itu nonton open mic, yah."
Jaja menitipkan 50 tiket show-nya nanti di InWin. Tapi, sama sekali tidak ada bonus tiket gratis untuk pemilik ataupun karyawan InWin sekali-pun. Baginya, teman bukanlah rekan bisnis, melainkan pasar bisnis. Sedikit kapitalis tapi, itulah kenyatannya. There's no such thing as free lunch. Tidak ada yang gratis di dunia ini.
Tag :
JAKAR (cin)TA,