- Back to Home »
- OBSET »
- Bertemu (calon) Aktivis
Posted by : Harry Ramdhani
October 28, 2012
Ah, sudah tak tau lagi Aku
pengen nulis apa. Emang dasar batak. Susah banget dikasih tau. juancuuuk…!!
Soal apa lagi ? tulisan
‘Jancukers’-ku udah dicopot sama Pak Mulyanto. Aku udah nulis klarifikasi-nya
juga. Aku udah ketemu sama orang-orang yang kontra dengan pendapatku. Trus, opo
toh mau, sampean, cuuk ?
Bumi gonjang ganjing langit
kelap kelap
Suatu ketika, akhirnya ada
penengah atas kontroversi tulisan ‘Jancukers’ dan ketidak-pikiranku/ ora urus
atas perubahan warna almamater. Bukannya Aku ingin apatis terhadap kampus ini
tapi, memang tidak penting saja menurutku untuk terus-terusan tenggelam dalam
pro-kontra warna almamater yang sudah diubah.
Ketika calon aktivis, kita
sebut saja Ia, Pulan, datang menghampiri dengan segala wacana, datang dengan
segepook sejarah, datang dengan segepok berita panas. Aku tetap tidak akan
merubah pikiranku tentang perubahan warna almamater.
Bermula dengan segepok sms
yang datang karena protes atas tulisan yang telah Aku buat. Kita berdiskusi
ringan. Bermula dengan surat kabar local yang Sampean bawa. Kita mulai
melebarkan diskusi ringan. Tolol sekali Sampean ini, masa pengen terjadi kasus
Mahasiswa – Polisi di Kampus kita. Pikir, liat noh mahasiswa Fakultas Hukum,
isinya polisi semua. Berani, Sampean ?
Intinya diskusi kita adalah
Aku tetap pada konteks ‘Ora Urus-ku’ dan Sampean tetap lantang soal perubahan
warna Almamater. Kadang, ketika melihat Sampean bertindak, Aku terpikirkan dua
hal.
Pertama, entah ini hanya
perasaan saja atau logika asal-asalan semata, Sampean tampak sekali jadi tumbal
atas segala pemikiran teman-teman Sampean ini. jadi gini, teman Sampean yang
mikir dan Sampean yang eksekusi. Dan temen Sampean hanya duduk manis.
Ini kembali mengingatkan-ku
ketika diundang Provocactive Proactive di Metro TV untuk Ngompol (Ngomong
Politik). Bintang tamunya saat itu adalah Abang Usman Hamid. Wuiihh, siapa juga
yang ndak tau Abang kite yang satu ini. Tukang demo. Ia adalah sahabat alm.
Munir yang sampai sekarang masih aktif di KontraS. Ternyata demo itu penting,
karena demo merupakan jalan terakhir ketika suatu masalah masih tidak dapat
selesai. Jadi, kalau di negeri ini masih banyak yang demo artinya banyak
masalah yang tak kunjung selesai. Tapi, yang jadi pertanyaan adalah benarkah
orang yang Demo, turun ke jalan itu orang yang benar-benar menganspirasikan
pikirannya atas masalah yang tak kunjung usai ? Dan, disinilah Aku menemukan
jawaban. Ternyata, banyak orang yang turun ke jalan itu tidak mengerti
duduk-persoalannnya, sehingga tindak anarkislah yang terjadi saat demo. Dimana
para pemikir yang merumuskan semua ? dimana para provocator saat demo ? Di
belakang.
Kedua, menganggap demo sebagai
ajang seru-seruan. Yup, seru bagi kebanyakan orang orang adalah anarkis. Aku
tidak suka tindak anarkis tapi Aku lebih suka tindakan rusuh. Jelas, rusuh
dengan anarkis jauh berbeda. Rusuh akan Aku analogikan seperti penonton sepak
bola dan anarkis akan Aku analogikan seperti pendukun sepak bola.
Penonton sepak bola sering
sekali rusuh. Rusuh terhadap semangat yang coba di convert menjadi semangat
para pemain yang bertanding. Sungguh tidak asyik kalau menonton sepak bola
hanya diam saja, para pemain-pun sama sekali tidak semangat kala bermain.
Pendukung sepak bola akan bertindak anarkis kala ada pertandingan. Aku melihat
pendukung sepak bola itu fanatic yang berlebih. Apabila tim kesayangannya
sedang bermain dan ada penonton musuh yang sedang gembira karena tim-nya
mencetak gol maka pendukung yang tim-nya kemasukan akan marah terhadap penonton
tersebut. itu adalah tindakan tolol. Rusuh adalah memberi semangat dan Anarkis
adalah tindakan menentang semata.
Aku kasihan pada Pulan,
tindakannya hanya dijadikan alat oleh orang-orang yang hanya bisa cuci tangan
di kamar mandi, atau bahkan melakukan masturbasi. Dan yang terpenting adalah
KAMU yang menelpon malem-malem. Sikapmu sungguh anarkis. Masih saja marah-marah
atas apa yang telah diklarifikasi. Masih saja menentang atas apa yang ada. SEKALI LAGI, AKU (JANCUKERS) SAMA SEKALI
TIDAK MENGURUSI PERUBAHAN ‘WARNA’ ALMAMATER. Kalau memang muke lu ndak
asyiiiik di photo pake almamater baru, terima aje. Emang muke udah jawir.