- Back to Home »
- Tulisan Nyomot »
- Lumpur Lapindo
Posted by : Harry Ramdhani
September 18, 2012
heii, gue nemu tulisan ini di warnet.
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih
dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo,
adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa
bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan
perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Lokasi semburan lumpur ini berada di
Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten
Sidoarjo, sekitar 12 km
sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan
Gempol, Kabupaten
Pasuruan) di sebelah
selatan.
Lokasi pusat semburan hanya berjarak
150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi
gas milik Lapindo
Brantas Inc sebagai
operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas
tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas
di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal
semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam
kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan
pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih
banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran.
Lokasi semburan lumpur tersebut
merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan
industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan
Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api
lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,Indonesia
Ada yang mengatakan bahwa lumpur
Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat lokasi itu.
Lapindo Brantas melakukan pengeboran
sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan
kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici
atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender
pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.
Pada awalnya sumur tersebut
direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi
Kujung (batu
gamping). Sumur tersebut
akan dipasang selubung
bor (casing ) yang ukurannya bervariasi
sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi
tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo
“sudah” memasang casing 30
inchi pada kedalaman 150 kaki, casing
20 inchi pada 1195 kaki, casing
(liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke
wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman
3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang
rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah
dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal
merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat
prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan
target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng
yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu
batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka
tidak meng-casing lubang karena
kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari
formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa
lumpurnya Lapindo (Medici).
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh
batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal
mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya
lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke
lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di
permukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi
Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga
dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig
segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke
dalam sumur dengan tujuan mematikan kick.
Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik
ke atas sampai ke batas antara open-hole
dengan selubung di permukaan (surface
casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi
geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke
permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui
lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi
akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami
tadi & berhasil. Inilah mengapa surface
blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur
itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran
MIGAS di Indonesia setiap tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen
terutama tentang pemasangan casing sudah disetujui oleh BP MIGAS.
Dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition
dilaksanakan di Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan,
tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan
oleh American Association of Petroleum Geologists (AAPG) dihadiri oleh ahli
geologi seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia
mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli
menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan
KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli menyatakan
belum bisa mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal
29 Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses pemboran
Beberapa
hasil pengujian
|
||
Parameter
|
Hasil uji maks
|
Baku Mutu
(PP Nomor 18/1999) |
0,045 Mg/L
|
5 Mg/L
|
|
1,066 Mg/L
|
100 Mg/L
|
|
5,097 Mg/L
|
500 Mg/L
|
|
0,05 Mg/L
|
5 Mg/L
|
|
0,004 Mg/L
|
0,2 Mg/L
|
|
Sianida Bebas
|
0,02 Mg/L
|
20 Mg/L
|
Trichlorophenol
|
0,017 Mg/L
|
2 Mg/L (2,4,6 Trichlorophenol)
400 Mg/L (2,4,4 Trichlorophenol) |
Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan
karena adanya patahan, banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti
Gunung Anyar di Madura, "gunung" lumpur juga ada di Jawa Tengah
(Bleduk Kuwu). Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun yang
lalu. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000
meter kubik perhari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil
"pemboran" selebar 30 cm. Dan akibat pendapat awal dari WALHI maupun
Meneg Lingkungan Hidup yang mengatakan lumpur di Sidoarjo ini berbahaya,
menyebabkan dibuat tanggul di atas tanah milik masyarakat, yang karena
volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan
akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas
Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium
terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata
lumpur Sidoarjo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti
Arsen, Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk
untuk bahan organik seperti Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene,
Chloroform dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua parameter bahan
kimia itu berada di bawah baku mutu.[1]
Hasil pengujian LC50 terhadap larva udang windu (Penaeus monodon) maupun organisme
akuatik lainnya (Daphnia carinata)
menunjukkan bahwa lumpur tersebut tidak berbahaya dan tidak beracun bagi biota
akuatik. LC50 adalah pengujian konsentrasi bahan pencemar yang dapat
menyebabkan 50 persen hewan uji mati. Hasil pengujian membuktikan lumpur
tersebut memiliki nilai LC50 antara 56.623,93 sampai 70.631,75 ppm Suspended Particulate Phase (SPP)
terhadap larva udang windu dan di atas 1.000.000 ppm SPP terhadap Daphnia carinata. Sementara
berdasarkan standar EDP-BPPKA Pertamina, lumpur
dikatakan beracun bila nilai LC50-nya sama atau kurang dari 30.000 mg/L SPP.
Di beberapa negara, pengujian semacam ini memang diperlukan
untuk membuang lumpur bekas pengeboran (used
drilling mud) ke dalam laut. Jika nilai LC50 lebih besar dari 30.000
Mg/L SPP, lumpur dapat dibuang ke perairan.
Namun Simpulan dari Wahana Lingkungan Hidup
menunjukkan hasil berbeda, dari hasil penelitian Walhi dinyatakan bahwa secara umum pada
area luberan lumpur dan sungai Porong telah tercemar oleh logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia
apalagi kadarnya jauh di atas ambang batas. Dan perlu sangat diwaspadai bahwa
ternyata lumpur Lapindo dan
sedimen Sungai Porong kadar timbal-nya sangat besar yaitu mencapai 146 kali
dari ambang batas yang telah ditentukan. (lihat: Logam Berat dan PAH Mengancam Korban
Lapindo)
Berdasarkan PP No 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa ambang
batas PAH yang diizinkan dalam lingkungan adalah 230 µg/m3 atau setara dengan
0,23 µg/m3 atau setara dengan 0,23 µg/kg. Maka dari hasil analisis di atas
diketahui bahwa seluruh titik pengambilan sampel lumpur Lapindo mengandung
kadar Chrysene di atas
ambang batas. Sedangkan untuk Benz(a)anthracene hanya terdeteksi di tiga titik
yaitu titik 7,15 dan 20, yang kesemunya di atas ambang batas.
Dengan fakta sedemikian rupa, yaitu kadar PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) dalam lumpur Lapindo yang mencapai
2000 kali di atas ambang batas bahkan ada yang lebih dari itu. Maka bahaya
adanya kandungan PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) tersebut telah mengancam keberadaan
manusia dan lingkungan:
- Bioakumulasi dalam jaringan lemak manusia (dan hewan)
- Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit jika kontak langsung dengan kulit
- Kanker
- Permasalahan reproduksi
- Membahayakan organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit
Dampak PAH dalam lumpur Lapindo bagi manusia dan lingkungan
mungkin tidak akan terlihat sekarang, melainkan nanti 5-10 tahun kedepan. Dan
yang paling berbahaya adalah keberadaan PAH ini akan mengancam kehidupan anak
cucu, khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar semburan lumpur Lapindo
beserta ancaman terhadap kerusakan lingkungan. Hasil analisis logam pada materi
Parameter
|
Satuan
|
Kep. MenKes no 907/2002
|
Lumpur Lapindo
|
Air Lumpur Lapindo
|
Sedimen Sungai Porong
|
Air Sungai Porong
|
Kromium
(Cr)
|
mg/L
|
0,05
|
nd
|
nd
|
nd
|
nd
|
Kadmium
(Cd)
|
mg/L
|
0,003
|
0,3063
|
0,0314
|
0,2571
|
0,0271
|
Tembaga
(Cu)
|
mg/L
|
1
|
0,4379
|
0,008
|
0,4919
|
0,0144
|
Timbal
(Pb)
|
mg/L
|
0,05
|
7,2876
|
0,8776
|
3,1018
|
0,6949
|
Semburan lumpur ini membawa dampak
yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di
Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah
mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul
sebesar Rp. 6 Triliun.
- Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
- Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang.
- Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.
- Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.
- Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
- Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.
- Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan
- Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas, mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat penanggulangan lumpur.
- Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya patah [2].
- Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam [3].
- Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.
- Tak kurang 600 hektar lahan terendam.
- Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.
Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan
terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi serta
kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap
aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa
Timur.
1.
Pada pusat semburan (big hole) di pasang semacam tabung
raksasa dari besi atau semen cor sesuai ketinggian semburan lumpur dan di buat
coakan yang mengarah ke selatan.
2.
Kemudian dibuat kanal dengan sambungan elastis dari semen
atau bahan lainnya (misalnya campuran lumpur dan semen) dari coakan tersebut ke
Kali Porong dengan konstruksi semi ponton (terapung) yang diperkuat dengan
tiang pancang atau dudukan dari tanggul sirtu. Pembuatan kanal tersebut
menyesuaikan dengan perbedaan ketinggian antara semburan dengan Kali Porong,
dimana kanal lebih tinggi di pusat semburan dibanding dengan tanggul Kali
Porong dengan perbedaan ± 20 meter.
3.
Pemasangan pompa air untuk mengalirkan dengan melalui pipa
dari Kali Porong ke pusat semburan yang berguna untuk mempertahankan likuiditas
lumpur sehingga lumpur akan mengalir dengan sendirinya ke Kali Porong.
4.
Pembangunan Bendung Gerak pada Pintu Air di Kali Porong
tepat pada pintu air Jabon yang berfungsi untuk menggelontor endapan lumpur di
Kali Porong dengan memanfaatkan volume air tertentu dari Kali porong dan Kali
mati yang di perdalam dengan pengerukan. Pintu Bendung Gerak akan secara
otomatis terbuka apabila mencapai volume tertentu yang cukup untuk menggelontor
lumpur ke sepanjang Kali Porong.
5.
Penempatan Kapal Keruk di sepanjang aliran Kali Porong
sampai muara yang berfungsi untuk mengurangi endapan lumpur di Kali Porong
dengan menaikkanya ke sepanjang tanggul Kali Porong. Endapan ini akan dapat
difungsikan untuk mempertinggi tanggul tanggul
pada pertambakan maupun urugan jalan.