Archive for April 2019
Lelucon (tentang) pemilu serentak 2019
By : Harry RamdhaniTag :
blogram,
Seberapa kuat aku menerima kehilangan?
By : Harry Ramdhanihuntinghuji - jalan. |
Setidaknya sudah 2 malam, sebelum aku dan peang tidur, kami saling mengelitiki. Bercanda. Sampai kami lelah. Dan tidur. Begitu juga yang terjadi di malam ketiga. Bedanya setelah peang tidur, kali itu aku memikirkan sesuatu: akan sampai kapan kami bisa bercanda seperti ini sebelum tidur? Pertanyaan itu membuatku keluar dari kamar. Menuju teras. Membakar satu batang rokok dan berusaha menjawab pertanyaan tadi. Tidak ada yang aku temukan. Waktu sudah menunjukan pukul 12 lewat. Aku bakar rokok kedua. Sambil memikirkan itu aku coba merealisasikan apa yang aku bayangkan. Begini. Sekarang peang sudah kelas 3 SD. Sebentar lagi dia naik kelas. Dan begitu seterusnya. Bukan sekadar naik kelas, tentu saja, peang akan bertambah usia dan dewasa dengan sendirinya. Lalu aku membayangkan: apakah peang masih mau bercanda seperti itu, sebelum tidur, jika ia sudah kelas 6 SD, misalnya? Aku tidak yakin, mesti itu masih mungkin. Kenapa? Sebab aku ingat bagaimana dulu aku seusia itu. Aku masih "ngekor" gomah ke mana-mana. Kadang tidur dengannya. Nonton tv masih suka dimeminjam pahanya. Dekat. Sangat dekat --bila tidak ingin dikatakan aku ini anak mami, tentu. Dan itu aku bisa bayangkan terjadi hal serupa oleh peang. Itu jika aku bayangkan yang aku inginkan. Bagaimana jika tidak? Bagaimana kalau peang sudah kelas 4 SD, ternyata ia bahkan sudah tidak ingin tidur denganku? Tidak akan ada lagi keisengan-keisenganku sebelum tidur. Atau yang lebih menyedihkan: peang itu kalau tidur sukanya kalau tidak dipeluk, ia yang memeluk. Kadang, ketika aku masih kerja sambil menemani peang tidur di sebelahku, ia akan dengan sendirinya memiringkan badan dan memelukku. Tentu aku akan kehilangan. Tanpa terasa aku sudah menghabiskan 3 batang rokok dengan sekotak susu UHT rasa cokelat. Aku takut semua yang aku bayangkan terhadap peang menjadi kenyataan dalam waktu dekat --jikapun masih lama dan bila waktunya tiba apakah aku akan dan/atau sudah siap? Tidak. Tentu aku tidak siap. Rokok keempat sudah di tangan, tapi aku mesti tidur. Itu sudah hampir pukul 2 dan besoknya aku mesti berangkat pagi. Aku masih memikirkan itu dan pada kondisi yang sama. Tapi tiba-tiba terbersit pikiran untuk datang aksikamisan. Apa aku datang ke aksikamisan saja? Yha. Paling tidak datang dan menyaksikannya dari jauh bila aku tidak mampu mendekat, berkerumun dengan para penyintas dan peserta lain. Aku hanya ingin tahu: bagaimana tetap mampu menyikapi sebuah kehilangan? Paling tidak melihat mereka yang sudah terlebih dulu kehilangan, bukan oleh waktu, tapi kenyataan. Dan tadi, sialnya, aku datang dan aksikamisan telah selesai. Tidak ada sesiapa, kecuali aku, di sana dengan membawa pikiran yang sama. Seberapa kuat aku mampu merelakan kehilangan?
Tag :
blogram,