|
bagus2 yha? gelang and gantungan, kesukaanmu. |
Kamu ulangtaun dan aku lupa. Anehnya, entah kenapa, aku bisa merasakannya. Seperti ada yang berbeda seharian ini. Orang-orang, pekerjaan dan hal-hal lain yang menyebalkan tidak menghampiri. Sungguh, aku merasakan itu semua, hari ini, saat ulangtaunmu. Dan, aku ingat, ulangtaun, bagimu, bukan sekadar ucapan (basa-basi) dan perayaan tiup lilin belaka. Bagimu, yang aku tahu, ulangtaun adalah soal perenungan. Yha. Ini berlebihan. Sebab, selalu ada yang tidak aku tahu setiap ulangtaunmu. Sabab, setiap kali kamu ulangtaun, aku selalu tidak ada di dekatmu; selalu ada di jarak terjauh yang bisa dibayangkan akal sehat. Kamu selalu menjadi orang yang paling antusias setiap ada yang ulangtaun: keluargamu, keluargaku, aku, teman-temanmu dan (mungkin saja) pasangan barumu. Namun, di balik itu semua, kamu menjadi pengingat untuk selalu mawas diri. Bertambahnya usia dan berkurangnya umur mesti disikapi dengan pendewasaan. Kadang, tapi aku selalu lupa, ingin menanyakan padamu satu hal: mengapa kamu selalu ingin orang-orang di sekitarmu dewasa? Apakah tetap menjadi anak-anak bukan sesuatu yang menyenangkan? Yha. Maaf. Malah jadi dua pertanyaanku. Aku menduga, rasa-rasanya, bagimu seseorang tidak bisa hanya dibuat dewasa karena bertambahnya usia, bukan? Tapi juga keadaan. Karena kita, tentu saja, berpisah karena keadaan. Bukan takdir, bukan keinginan, apalagi nasib. Dan kita, aku dan kamu, dan segala keputusan-keputusan dalam menyikapi, selalu karena keadaan. Seperti buku yang pernah aku pinjamkan padamu: Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Aku sudah ikhlas kalau buku itu pada akhirnya kamu buang. Aku sudah tidak peduli walau di buku itu ada tanda tangan penulis kesukaanku. Sungguh. Tapi, aku hanya penasaran: kamu sudah baca barang satu halaman saja dari buku itu? Kalau tidak, justru ini yang membuatku kecewa. Malah mungkin saja marah. Kamu tahu itu, kan? Aku bisa saja marah pada hal-hal yang tidak penting sekalipun. Sial. Aku kangen memarahimu. Sikap pasrahmu, ketidakpedulianmu yang justru, aku tahu, mendamaikan itu. Kamu terlalu bodoh untuk dimiliki lelaki bangsat. Tapi, untuk sekarang ini, kebahagiaanmu yang terpenting tentu saja --sebangsat apapun lelakimu.
***
Apa yang kamu dapat di hari ulangtaun? Apa yang kamu harapkan? Ceritakanlah... biar dari jauh akan aku amin-kan.