October 31, 2014

Kakek dan Kutukan Kopi Hitamnya




Kopi hitam itu sudah dingin. Kakek membiarkannya tanpa  menyentuhnya. 11 hari semenjak kematian Nenek, ia lebih banyak menyendiri. Kopi itu tampak lebih kental dari biasanya, dan sore sebentari lagi pergi. Kesedihan telah larut di dalamnya.

“Ingin kubuatkan kopi yang baru, Kek?” tanyaku, “sepertinya kopi itu sudah dingin,”

Kepergian Nenek membuat Kakek terperangkap pada kesunyian yang dalam. Tidak ada yang mampu menyelami itu selain Kakek sendiri. Dan, kesedihannya.

“Tidak perlu. Sebenarnya, dulu, setiap kali Nenek membuatkan kopi, aku tidak pernah meminumnya. Aku membuangnya sedikit demi sedikit. Kini aku tahu, dalam secangkir kopi hitam Nenek mengutukku dalam kesunyian dan kesedihan yang dalam.”

Perpustakaan Teras Baca, 30 Oktober 2014


No comments:

Post a Comment