August 03, 2013

Membawa Pelukan Ibu


Di stasiun, aku memeluk kesedihan. Erat. Tak mungkin kulepaskan, hangatnya masih ingin kurasakan. Walaupun airmata ini berceceran, membasahi diri dengan kenangan.


***


"Bu, biarkan aku pergi. Ayah memang tidak mengerti."

"Nak, … " Ibu menangis sambil menarik-narik tanganku karena sudah siap pergi. "Tolong pikirkan matang-matang dulu, Nak." Tangisnya makin-menjadi.


***


Kuberjalan tertatih-tatih, tongkat sebagai ganti kaki kiri. Ayah menghantamnya keras tadi, tapi perjalananku tak henti 'tuk pergi.

Ayah, harkat wanita bukan untuk diperjual-beli, walau untuk sesuap nasi dan seekor ikan teri.

Aku pergi hanya membawa pelukan terakhir Ibu dan memang terasa getir. Hanya pelukan ini aku harap kembali nanti.




Perpustakaan Teras Baca, 3 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment